[PORTAL-ISLAM.ID] Setelah dihadang sampai tak bisa keluar dari bandara Sulatan Syarif Kasim di Pekanbaru, akhirnya pegiat demokrasi, Neno Warisman, dipaksa pulang ke Jakarta, tadi malam (25/8/2018). Neno datang untuk mengikuti acara deklarasi #2019GantiPresiden di ibukota Riau, pada hari ini (26/8/2018).
"Tidak ada kata lain untuk diucapkan: bahwa penguasa mulai menggunakan cara-cara represif untuk mempertahankan kekuasaannya. Mulai bertindak tangan besi," kata wartawan senior, Asyari Usman, dalam pesan tertulisnya.
"Sekarang, kekuasaan pemerintahan yang di dalamnya ada PDIP melakukan penindasan. Melakukan tindakan represif terhadap kegiatan demokratis yang dilakukan oleh Mbak Neno," ujarnya.
"Aparat kepolisian di Riau tidak bisa cuci tangan dari tindakan represif terhadap aktivitas demokrasi yang dijamin oleh UUD 1945. Yang dijamin oleh prinsip-prinsip hak asasi manusia universal," tegas mantan wartawan senior BBC ini.
Persekusi yang menimpa aktivis perempuan Neno Warisman ini lantas mengingatkan pada kampanye pendukung Jokowi, Wanda Hamidah, yang pada Pilpres 2014 menyerukan untuk tidak mendukung pemimpin otoriter.
"Jangan sampai nggak bisa ngritik lagi baru nyesel"
"Nanti punya media dibredel baru nyesel"
"Nanti ngga bisa nulis lagi baru nyesel"
"Gerakan hari ini sekedar mengingatkan.. kita pernah menentang sistim otoriter"
Demikian kampanye Wanda Hamidah saat pilpres 2014 lalu.
Prabowo dituding dan dikampanyekan negatif sebagai pemimpin otoriter.
Nyatanya justru sebaliknya.
6 Detik Buat Kamu Yang Masih Bingung !!!!.#2019GantiPresiden pic.twitter.com/MxOMEcS2Tx
— #AdabBro✨ (@ARisnawan82) 26 Agustus 2018
Pak @jokowi beginilah wajah negeri ini sekarang.
— 🇮🇩FERDINAND HUTAHAEAN🇮🇩 (@LawanPoLitikJW) 25 Agustus 2018
Warga negara yg berdaulat dlm hal demokrasi ternyata tdk bs melaksanakan haknya sebagai warga negara.
Sementara bapak dan pendukung bapak bebas melakukan yg kalian inginkan. Kami akan ingat ini..!! #2019GantiPresiden https://t.co/pvxrDb9DII