Mengapa Bencana Gempa di Lombok tidak juga dijadikan Bencana Nasional?
Menjadi pemimpin atau menjadi pemeran film itu sebuah pilihan.
Asian Games 2018 mirip dengan Olimpiade di Rio de Janeiro 2016 lalu yang dibayangi bencana. Hari ini Kita dibayangi bencana gempa di Lombok. Di Rio banyak atlet dan official memutuskan mundur karena ancaman virus zika yang melanda Brazil kala itu.
Komite Olimpiade Internasional ngotot tidak mau mengundurkan jadwal olimpiade. Meski dikecam keras oleh para ilmuwan kesehatan di Brazil. Selain faktor ancaman kesehatan, para ilmuwan juga mengatakan tidak etis menggelar pesta olahraga ditengah bencana.
Olimpiade Rio tetap berlangsung sesuai jadwal setelah WHO merilis pernyataan bahwa Virus Zika tidak akan mengganggu pelaksanaan Olimpiade. Meskipun badan kesehatan dunia tersebut harus mengesampingkan fakta adanya 90 ribu kasus virus Zika pada kurun waktu 3 bulan, 5 ribu diantaranya menimpa Bayi yang baru dilahirkan.
Pesta Olahraga nyatanya bukan soal ajang adu sportifitas saja, ada putaran uang disana. Ada harapan ekonomi yang menggeliat. Ada banyak investor yang sudah bertaruh modal.
Ancaman gempa di Lombok memang tidak begitu mematikan sebagaimana virus Zika. Tetapi soal etikanya sama. Tidak etis menggelar pesta ditengah duka, siapapun tahu itu.
Karena itu jalan pintasnya ialah, melokalisir gempa di Lombok sebagai bukan bencana nasional. Meskipun ratusan jiwa meninggal dunia, ribuan rumah rata dengan tanah, 606 gedung sekolah rusak. Ribuan anak-anak sekolah dibawah tenda darurat. Tangis mereka tak boleh terdengar sampai Ibukota.
Semua aman, terkendali kata Tuan Gubernur. Padahal di era disrupsi informasi, teriakan relawan sampai juga di beranda Kita. Kisah bantuan yang tak jelas rimbanya pun terdengar lirih.
Sementara kita dipaksa bertepuk tangan, gegap gempita agar jerit di Lombok sayup-sayup saja terdengar.
Sebagai dewan pengarah, pemerintah punya hak penuh untuk mengintervensi INASGOC agar mengundur jadwal misalnya. Ini soal kepekaan saja.
Pun jika tidak mau ambil resiko, Pemerintah bisa menetapkan bencana Lombok sebagai bencana nasional tanpa kehilangan pundi-pundi Asian Games.
Momentum pembukaan Asian Games kemarin ialah saat yang tepat. Tampilah gagah di atas panggung sebagai seorang pemimpin yang bertanggungjawab penuh atas derita rakyatnya, Bukan tampil gagah-gagahan diatas motor.
Umumkan bencana nasional, pimpin mengheningkan cipta dan do'a bersama. Raih simpati tamu-tamu kehormatan itu agar turut mengulurkan bantuan.
Lagi-lagi ini soal pilihan, ingin dikenang sebagai pemimpin atau pemain film?
*Sumber: fb