[PORTAL-ISLAM.ID] Asian Games sudah dimulai dan dibuka dengan resmi. Kita Indonesia, harus bangga menjadi tuan rumah ajang bergengsi tersebut. Kita juga harus ramah pada semua tamu negara yang datang untuk ikut berlaga atau sekedar pengembira. Ini pesta rakyat Indonesia, harus menjadi kegembiraan bagi kita semua.
Pembukaan acaranya harus diakui sukses dan membanggakan kita semua. Setidaknya, di tengah berbagai himpitan hidup, tekanan berbagai kesulitan dan terkadang diwarnai ancaman keretakan sosial, kita masih bisa bergembira bersama. Hingga muncul aksi dramatis Presiden yang digambarkan terpaksa harus berani mengambil keputusan menaiki motor pengawal menerobos jalan yang macet menuju stadion GBK sebagai tempat perhelatan pembukaan Asian Games.
Sejak awal, saya sudah menduga ada kejutan sensasional yang akan diberikan atau ditunjukkan Jokowi pada rakyat Indonesia. Hal ini sebenarnya mudah diduga jika publik memahami polanya.
_Pertama,_ Jokowi tipikal Presiden yang suka tampil beda secara terbuka.
Bagi yang kenal dekat dengan Jokowi, tentu paham dengan karakternya yang spesial tersebut. Saya merasakan dan mengalaminya langsung tahun 2007 saat Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo. Dan berbagai cerita dari teman yang berada di sekitarnya. Suatu saat, ketika Jokowi menjabat Gubernur DKI, karena dia suka dengan santai mengambil makanan ringan dari piring orang lain. Sifat manusiawi yang natural...
Bagi yang baru kenal dan belum paham dengan Jokowi, pasti kaget. Tapi bagi yang sudah kenal dan paham, tentu hal itu biasa saja karena Jokowi memang orang biasa dan tetap ingin mempertahankan diri sebagai orang biasa, sifat kemanusiaan yang natural, walaupun sesungguhnya dia Presiden Indonesia.
Hanya di kalangan orang-orang yang bergantung hidup atau bagian dari penikmat kekuasaan secara langsung atau tidak, kemanusiaan natural Jokowi tersebut menjadi semacam _fetishisme politik,_ yaitu kelainan dalam memaknai daya tarik politik Jokowi. Kondisi dimana seseorang melakukan hal tertentu (seperti memuja atau membela mati-matian) untuk memuaskan hasrat atau gairah politiknya. Melalui Jokowi, politik menjadi bergairah.
Itu sebabnya, sifat kemanusiaan yang narutal Jokowi ini yang kemudian (menurut saya) dijadikan aset politik oleh tim internalnya untuk mendulang berbagai simpati. Bagi saya itu juga bukan masalah. Hanya pandai-pandainya tim internal Jokowi saja dalam mengemas kesan dan presepsi khalayak.
Pada poin ini saya melihat, Jokowi selalu tampil beda karena aslinya memang berbeda kemudian keaslian tersebut dientertain oleh para _fetisher_ Jokowi sedemikian rupa. Hingga hampir bisa dipastikan akan selalu ada hal baru yang mengejutkan dari penampilan Jokowi di hadapan publik. Catat saja, mulai dari masuk got, naik sepeda ke kantor saat menjabat Gubernur DKI, naik Bajaj saar ke mendaftar Capres di KPU, nail trail ke pedalaman Papua, naik Chooper, hingga yang terbaru naik motor pengawal menembus kemacetan jalan raya menuju Gelora Bung Karno saat menjadi Presiden Indonesia. Bedanya, aksi sebelumnya dilakukan langsung oleh Jokowi tapi aksi naik motor pengawal kemarin menggunakan _stuntman_ (pemeran pengganti).
_Kedua,_ Jokowi tipikal pemimpin yang tidak suka ribet dengan berbagai urusan protokoler. Dengan kata lain, mau 'didandani' atau 'dijadikan' apa saja untuk 'berperan' apa saja Jokowi bisa, bersedia dan tidak masalah.
Pada poin ini saya melihat adanya kejelian dari siapa saja _fetisher_ Jokowi yang punya gagasan menjadi 'sutradara' kemudian melihat potensi dan kelebihan Jokowi tersebut sebagai aset politik yang langka. Karena itu, pasti _political game_ untuk mengaduk-aduk perasaan dan presepsi publik ini akan semakin tinggi intensitasnya menjelang Pilpres. Kubu Prabowo-Sandi harus siap menerima kejutan lain dari kubu Jokowi-Ma'ruf Amin pada waktu yang akan datang.
Apakah aksi berani Jokowi tersebut merupakan hal baru di dunia? Tidak.
Sebelumnya tahun 2012 Ratu Elizabeth II juga melakukan 'aksi berani' menghadiri pesta pembukaan Olimpiade 2012 di London dengan terjun payung dari sebuah Heli. Seperti Jokowi, tentu saja aksi tersebut menggunakan _stuntman._ Dalam peristiwa ini, saya melihat 'aksi berani' Ratu Elizabeth II tersebut untuk memperkuat _branding_ Inggris melalui personifikasi legenda agen 007, James Bond. Pada awalnya diperlihatkan Ratu sedang duduk di meja tulis di Istana Buckingham. Dia lalu menyapa Bond yang berdehem menyatakan kehadirannya. James Bond diperankan oleh aktor Daniel Craig.
Bagaimana dengan 'aksi berani' Jokowi pada pembukaan Asian Games?
Kendati aksi itu kocak dan menghibur, tak pelak menimbulkan juga kritisisme khalayak. Aksi itu dinilai bagian dari kebiasaan baru politik tanah air yang kental dengan aroma pencitraan atau tipu daya realitas. Saya menyebutnya hiperrealitas politik.
Sebagian publik merasakan lelah hayati batin menyaksikan politik tontonan seperti ini. Dari dulu selalu begitu... Mulai dari masuk got, naik sepeda ke kantor saat menjabat Gubernur DKI, naik Bajaj saar ke mendaftar Capres di KPU, nail trail ke pedalaman Papua, naik Chooper.
Asian Games sudah dimulai dan dibuka dengan resmi. Kita Indonesia, harus bangga menjadi tuan rumah ajang bergengsi tersebut. Kita juga harus ramah pada semua tamu negara yang datang untuk ikut berlaga atau sekedar pengembira. Ini pesta rakyat Indonesia, harus menjadi kegembiraan bagi kita semua.
Pembukaan acaranya harus diakui sukses dan membanggakan kita semua. Setidaknya, di tengah berbagai himpitan hidup, tekanan berbagai kesulitan dan terkadang diwarnai ancaman keretakan sosial, kita masih bisa bergembira bersama. Hingga muncul aksi dramatis Presiden yang digambarkan terpaksa harus berani mengambil keputusan menaiki motor pengawal menerobos jalan yang macet menuju stadion GBK sebagai tempat perhelatan pembukaan Asian Games.
Sejak awal, saya sudah menduga ada kejutan sensasional yang akan diberikan atau ditunjukkan Jokowi pada rakyat Indonesia. Hal ini sebenarnya mudah diduga jika publik memahami polanya.
_Pertama,_ Jokowi tipikal Presiden yang suka tampil beda secara terbuka.
Bagi yang kenal dekat dengan Jokowi, tentu paham dengan karakternya yang spesial tersebut. Saya merasakan dan mengalaminya langsung tahun 2007 saat Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo. Dan berbagai cerita dari teman yang berada di sekitarnya. Suatu saat, ketika Jokowi menjabat Gubernur DKI, karena dia suka dengan santai mengambil makanan ringan dari piring orang lain. Sifat manusiawi yang natural...
Bagi yang baru kenal dan belum paham dengan Jokowi, pasti kaget. Tapi bagi yang sudah kenal dan paham, tentu hal itu biasa saja karena Jokowi memang orang biasa dan tetap ingin mempertahankan diri sebagai orang biasa, sifat kemanusiaan yang natural, walaupun sesungguhnya dia Presiden Indonesia.
Hanya di kalangan orang-orang yang bergantung hidup atau bagian dari penikmat kekuasaan secara langsung atau tidak, kemanusiaan natural Jokowi tersebut menjadi semacam _fetishisme politik,_ yaitu kelainan dalam memaknai daya tarik politik Jokowi. Kondisi dimana seseorang melakukan hal tertentu (seperti memuja atau membela mati-matian) untuk memuaskan hasrat atau gairah politiknya. Melalui Jokowi, politik menjadi bergairah.
Itu sebabnya, sifat kemanusiaan yang narutal Jokowi ini yang kemudian (menurut saya) dijadikan aset politik oleh tim internalnya untuk mendulang berbagai simpati. Bagi saya itu juga bukan masalah. Hanya pandai-pandainya tim internal Jokowi saja dalam mengemas kesan dan presepsi khalayak.
Pada poin ini saya melihat, Jokowi selalu tampil beda karena aslinya memang berbeda kemudian keaslian tersebut dientertain oleh para _fetisher_ Jokowi sedemikian rupa. Hingga hampir bisa dipastikan akan selalu ada hal baru yang mengejutkan dari penampilan Jokowi di hadapan publik. Catat saja, mulai dari masuk got, naik sepeda ke kantor saat menjabat Gubernur DKI, naik Bajaj saar ke mendaftar Capres di KPU, nail trail ke pedalaman Papua, naik Chooper, hingga yang terbaru naik motor pengawal menembus kemacetan jalan raya menuju Gelora Bung Karno saat menjadi Presiden Indonesia. Bedanya, aksi sebelumnya dilakukan langsung oleh Jokowi tapi aksi naik motor pengawal kemarin menggunakan _stuntman_ (pemeran pengganti).
_Kedua,_ Jokowi tipikal pemimpin yang tidak suka ribet dengan berbagai urusan protokoler. Dengan kata lain, mau 'didandani' atau 'dijadikan' apa saja untuk 'berperan' apa saja Jokowi bisa, bersedia dan tidak masalah.
Pada poin ini saya melihat adanya kejelian dari siapa saja _fetisher_ Jokowi yang punya gagasan menjadi 'sutradara' kemudian melihat potensi dan kelebihan Jokowi tersebut sebagai aset politik yang langka. Karena itu, pasti _political game_ untuk mengaduk-aduk perasaan dan presepsi publik ini akan semakin tinggi intensitasnya menjelang Pilpres. Kubu Prabowo-Sandi harus siap menerima kejutan lain dari kubu Jokowi-Ma'ruf Amin pada waktu yang akan datang.
Apakah aksi berani Jokowi tersebut merupakan hal baru di dunia? Tidak.
Sebelumnya tahun 2012 Ratu Elizabeth II juga melakukan 'aksi berani' menghadiri pesta pembukaan Olimpiade 2012 di London dengan terjun payung dari sebuah Heli. Seperti Jokowi, tentu saja aksi tersebut menggunakan _stuntman._ Dalam peristiwa ini, saya melihat 'aksi berani' Ratu Elizabeth II tersebut untuk memperkuat _branding_ Inggris melalui personifikasi legenda agen 007, James Bond. Pada awalnya diperlihatkan Ratu sedang duduk di meja tulis di Istana Buckingham. Dia lalu menyapa Bond yang berdehem menyatakan kehadirannya. James Bond diperankan oleh aktor Daniel Craig.
Bagaimana dengan 'aksi berani' Jokowi pada pembukaan Asian Games?
Kendati aksi itu kocak dan menghibur, tak pelak menimbulkan juga kritisisme khalayak. Aksi itu dinilai bagian dari kebiasaan baru politik tanah air yang kental dengan aroma pencitraan atau tipu daya realitas. Saya menyebutnya hiperrealitas politik.
Sebagian publik merasakan lelah hayati batin menyaksikan politik tontonan seperti ini. Dari dulu selalu begitu... Mulai dari masuk got, naik sepeda ke kantor saat menjabat Gubernur DKI, naik Bajaj saar ke mendaftar Capres di KPU, nail trail ke pedalaman Papua, naik Chooper.
Dan besok-besok akan selalu begitu hinggat kita lupa rupiah semakin melemah. Tak masalah juga, asal rakyat bahagia...
Dan besok-besok akan selalu begitu hinggat kita lupa rupiah semakin melemah. Tak masalah juga, asal rakyat bahagia...
Penulis: Iswandi Syahputra