[PORTAL-ISLAM.ID] Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan krisis mata uang Lira di Turki tak berpengaruh banyak ke Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan negara di Eropa lebih terkena efeknya secara langsung.
"Turki jauh dari kita. Jauhlah. Tingkat integrasi Turki dan Indonesia jauh. Second round effect kalau misalnya ke China juga, dia lebih dekat ke Eropa, bukan dengan kita," kata Wimboh di Istana Negara, Selasa (14/8/2018), seperti dikutip CNBCIndonesia.
Bagaimana kaitannya dengan nilai tukar rupiah?
Wimboh mengatakan pelemahan rupiah hanyalah sementara. "Nggak papa, itu temporary. Perusahaan banyak yang setor dividen juga. Aman lah," ungkap Wimboh.
Rupiah Tembus Rp 14.600, Sandiaga Uno: Disebabkan Banyaknya Barang Impor yang Masuk ke Indonesia
Sementara itu, bakal calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Uno menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disebabkan banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Sandi saat ditanyai komentarnya mengenai nilai tukar rupiah yang terus menurun kala berkunjung ke Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (13/8/2018) malam.
"Karena sekarang ini banyak sekali kebijakan kita yang mengarahkan pemenuhan kebutuhan itu melalui impor," kata Sandiaga.
Ia berjanji, jika nanti menang Pilpres, akan mengupayakan pemenuhan kebutuhan ekonomi dengan produk dalam negeri. Sehingga, dengan kebijakan tersebut, diharapkan nilai tukar rupiah tidak melemah.
Sandiaga melanjutkan, melemahnya nilai tukar rupiah saat ini mengakibatkan meningkatnya harga bahan pangan yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Beberapa di antaranya ialah daging ayam potong dan telur.
"Ini yang harus kita sampaikan kepada masyarakat bahwa keinginan kami, Pak Prabowo dan saya untuk melakukan satu perbaikan kebijakan ekonomi yang lebih berpihak kepada emak-emak, kepada ibu-ibu, yang mengeluh karena harga bahan pokoknya meningkat," lanjut Sandiaga.
Diketahui, per 13 Agustus, nilI tukar rupiah mengalami penurunan hingga Rp 14.600 per dolar AS. (Kompas)