[PORTAL-ISLAM.ID] Kurs referensi mata uang Dolar AS terhadap Rupiah antar bank kembali melemah. Hal yang sama terjadi di pasar spot.
Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, Selasa (24/7/2018), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS tercatat Rp 14.541/US$. Padahal pada hari sebelumnya, Senin (23/7/2018) Dolar AS diperdagangkan di level Rp 14.454/US$.
JISDOR adalah kurs referensi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia.
Di pasar spot, pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.555. Rupiah melemah 0,48% dan mencapai posisi terlemah sepanjang 2018.
Berikut beberapa hal-hal yang membuat dolar AS menggila:
China yang 'Sengaja' Melemahkan
Kalau melihat kebijakan China, maka tudingan 'sengaja' membuat lemah mata uang Yuan ada benarnya. Bank Sentral China (PBoC) secara rutin menetapkan titik tengah nilai tukar yuan. Mata uang ini hanya diperkenankan melemah atau menguat maksimal 2% dari titik tengah tersebut.
Untuk hari ini, PBoC memasang titik tengah nilai tukar yuan di CNY 6,7891/US$. Ini merupakan titik terlemah sejak 11 Juli 2017, lebih dari setahun lalu. Oleh karena itu, tidak heran tuduhan manipulator kurs kerap dialamatkan kepada China, bayangkan saja kurs mereka saat ini lebih lemah dari setahun yang lalu.
Setelah perang dagang, kini dunia dihadapkan kepada ketidakpastian baru bernama perang mata uang. Sepertinya investor memang tidak boleh istirahat barang sejenak, karena perekonomian dunia yang begitu dinamis membutuhkan pemantauan intensif.
Imbal Hasil Obligasi AS Naik!
Imbal hasil obligasi naik karena investor memperkirakan Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga karena pertumbuhannya lebih kuat. Selain itu tekanan inflasi masih sesuai target.
Presiden AS Donald Trump juga mengkritik Bank of Japan (BoJ) tengah membahas program stimulus yang cukup besar. Hal ini membuat imbal hasil obligasi jepang melonjak tinggi.
Rencana Jepang tersebut membuat investor cemas apakah para pembuat kebijakan moneter akan terus membuat ekonomi global tertekan dan memunculkan adanya proteksionisme berkelanjutan.
Hal tersebut tentu membuat imbal hasil US Treasury menyentuh level tertingginya sejak sebulan di angka 2,9615%.
Dollar Index Melambung
Greenback mulai rebound dan menebar ancaman. Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,21% pada pukul 04:17 WIB. Dan kemudian naik lahgi 0,03% ke 94,638 pada 10.25 WIB.
Penguatan dolar AS disebabkan oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Adidaya ini. Yield obligasi berbanding lurus dengan nilai tukar dolar AS. Kala yield naik, maka dolar AS cenderung menguat karena kenaikan yield pada akhirnya akan memancing investor untuk masuk ke pasar obligasi karena tertarik dengan imbalan yang lebih tinggi.
Kenaikan yield obligasi AS didorong oleh pernyataan The Federal Reserve/The Fed yang seolah tidak mengindahkan kritik Presiden Trump. The Fed kemungkinan besar masih akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun, walau Trump mencak-mencak karena kenaikan suku bunga dinilai menghambat pemulihan ekonomi.
Sumber: CNBC Indonesia