[PORTAL-ISLAM.ID] GAZA - Serangan fatal Israel atas sedikit-dikitnya menewaskan125 warga Palestina selama unjuk rasa di perbatasan Gaza membuat kelam perayaan Idul Fitri, yang menandai akhir bulan Ramadan umat Muslim, di wilayah itu.
Kesulitan ekonomi dari tahun-tahun pengucilan (blokade darat, laut, dan udara) dialami dua juta penduduk di wilayah yang dibatasi tembok yang dibangun Israel. Kawasan itu disebut ekonom Gaza memiliki tingkat pengangguran 49,9 persen, demikian laporan kantor berita Reuters.
"Ini adalah Idul Fitri tersulit dalam hidupku," kata ibunda dari bocah Palestina Haitham Al-Jamal (15) yang tewas akibat tembakan Israel dalam unjuk rasa pada 7 Juni 2018.
Dia menunjukkan kepada wartawan satu celana jins, sepatu dan kaos baru, yang dibeli untuk sang putra dua hari sebelum kematiannya.
Membeli pakaian anak-anak baru adalah bagian dari tradisi liburan.
[Ibunda Hiatham Al-Jamal, 15, yang tewas dalam unjuk rasa di perbatasan Israel-Gaza, memberi isyarat saat dia menunjukkan pakaian yang dia beli untuk dipakai untuk putranya selama liburan Idul Fitri, di Rafah di Jalur Gaza selatan 14 Juni, 2018. REUTERS / Ibraheem Abu Mustafa]
Puluhan keluarga lain di Gaza juga berduka cita tahun ini. Memperdalam kemiskinan hanya menambah rasa putus asa.
"Situasinya buruk. Daya beli sangat lemah dan penjualan tahun ini berada pada titik terendah dalam beberapa tahun," kata Omar al-Bayouk, pemilik toko pakaian di Gaza.
Seperti toko lainnya di Gaza, ia menuturkan bahwa hampir tidak ada pelanggan menjelang liburan Idul Fitri 1439 Hijriyah.
Sementara itu, di kamp pengungsi Nusseirat Gaza, Abdel-Rahman Nofal (15) tampak berbelanja pakaian baru dengan ayahnya.
"Saya membeli sepasang sepatu, tetapi saya hanya akan bisa memakai satu sepatu. Yang lain, akan saya simpan di rumah, "kata remaja itu, yang kaki kirinya diamputasi setelah terluka akibat tembakan tentara Israel di salah satu protes di Gaza.
Warga Palestina telah mengadakan demonstrasi massal di perbatasan untuk menuntut hak kembali ke wilayah yang sekarang diduduki Israel, tidak hanya bagi mereka yang melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang di sekitar pembentukan Israel pada 1948 tetapi juga untuk jutaan orang keturunan.
Pada Rabu (13/6/2018), Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengutuk Israel atas penggunaan kekuatan bersenjata terhadap warga sipil Palestina yang telah menewaskan setidaknya 125 orang sejak aksi unjuk rasa 30 Maret lalu.