REKONSILIASI ZIONIS?
Oleh: Kholili Hasib
Akhirnya Yahya Cholil Staquf (YCS) menghadiri undangan The Israel Council on Foreign Relations di Israel.
Berkostum rapi. Jas, celana, dasi, songkok nasional dan sepatu mengkilap. Khas pejabat negara. Kalau kiai NU biasanya pakai baju taqwa dan sarung. Itu mungkin tanda dia tidak mewakili NU, dan ide serta gagasanya tidak NU banget.
Sempat beredar kabar, keberangkatan YCS akan dibatalkan.
Hadir pula dalam forum itu PM Isarel Benyamin Netanyahu.
Apa yang disampaikan YCS, saya tunggu-tunggu. Ternyata, sangat mengecewakan.
Sama sekali tidak menyampaikan amanah UUD '45, sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD '45 bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.
"YCS menyampaikan pesan damai di 'kandang macan'", demikian pembelaan para pembela.
Justru dia di 'kandang zionis' itu YCS 'takluk'. Atau menaklukkan dirinya sendiri. Dan membiarkan pembantaian saudaranya sendiri.
Apa susahnya, apa beratnya dia sampaikan "Mari hentikan penjajahan. Kemanusiaan tidak menghendaki pembunuhan terhadap rakyat terjajah. Saya datang dari Indonesia untuk meminta kemerdekaan Palestina".
Bagi dia kalimat itu mungkin tidak ada dalam pikirannya. Jika ada dalam kepala, pasti dia takut digaplok PM Israel.
Ya, itulah karakter orang yang telah ditaklukkan penjajah. Penakut.
Yang disampaikan adalah tentang konsep Rahmah (kasih sayang). Tapi yang menyakitkan itu dia bilang bahwa 'hari ini agama digunakan justifikasi dan senjata untuk berkonflik'. Statemen ini sebetulnya menyindir pejuang Palestina dan para pendukung kemerdekaan Palestina di seluruh dunia.
Konsep rahmah? Gimana jika ada warga Indonesia dibunuhin Belanda, pantaskah lalu misalnya tokoh negara tetangga datangi undangan Belanda, menawarkan konsep rekonsiliasi dan konsep Rahmah? Sedang warga Indonesia yang paling perih saja tak mau, bahkan lebih memilih melawan
Pantas, Rabbi David Rosen direktur AJC (moderator) mengapresiasi. Malah si Yahudi ini mengatakan kita sama-sama punya konsep rahma rahim. Karena itu kita harus rekonsiliasi.
Tepat. Inilah proyek Zionis. Setelah tanah Palestina dirampas, Al Quds diklaim, darah pemuda Palestian tumpah, mereka ajak rekonsiliasi. Sayang-sayangan. Kata orang Suroboyo "Lha koq nyimut".
Yang dulu biarkan yang dulu. Sekarang damai. Apa yang dulu itu? Merampas tanah membunuh penduduknya.
Itu maksud rekonsiliasi. Dan YCS, entah mewakili PBNU (yang jelas NU tidak berkarakter demikian), pribadi, negara atau mewakili RT nya, masuk dalam proyek rekonsiliasi Zionis. Itu setelah ibu kota Israel dipindah ke Al Quds.
Pantas, HAMAS di Gaza menyatakan kekecewaan atas kedatangan YCS di Israel. Orang Palestina sendiri merasa tersakiti.
Memang, kedatangan YCS tsb melanggar etika.
Baik etika kenegaraan, kebangsaan atau etika keagamaan. Datang saja itu keliru, apalagi yang disampaikan juga menyenangkan Israel.
Materi yang dibicarakan itu menyenangkan (lebih menguntungkan) zionis, dan merugikan Palestina.
Padahal MUI dan beberapa pejabat negara melarang untuk datang.
Salam,
Kota Santri, 11/6/2018
__
*Sumber: fb penulis
Link: https://www.facebook.com/kholili.hasib/posts/10204765630217444