[PORTAL-ISLAM.ID] Israel telah mengundang Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang juga Katib Aam (Sekjen) Suriyah PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf menjadi pembicara di Israel.
Pengundangnya adalah the Israel Council on Foreign Relations (ICFR), forum independen mempelajari dan membahas isu-isu kebijakan luar negeri, terutama terkait Israel dan bangsa Yahudi. ICFR beroperasi dengan bantuan WJC (World Jewish Congress/Kongres Yahudi Dunia).
Dalam salinan surat undangan, Yahya diminta menyampaikan kuliah umum berjudul Shifting Geopolitical Calculus: From Conflict to Cooperation. Acaranya digelar pada Rabu pekan depan (13 Juni 2018) di the David Amar Worldwide North Africa Jewish Heritage Center, Yerusalem.
***
Ke Israel, Ada 3 Kesalahan Serius Cholil Yahya Staquf
Oleh: Ahmad Dzakirin
(Pengamat Timur Tengah)
Ada 3 kesalahan serius Cholil Yahya Staquf, pertama, tidak sensitif terhadap kondisi aktual bangsa Palestina, kedua, kehilangan kemampuan memahami pesan konstitusi dan semangat anti imperialisme founding fathers kita seperti tercantum dalam Pembukaan UUU 1945 ("..maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan.."), serta ketiga, sama sekali tidak memahami objective dari manuver diplomacy negara Zionis itu.
Jadi poin-poin klarifikasi dia dalam konteks ini menjadi tidak relevan.
Supreme objective (tujuan utama) dari diplomasi Israel terhadap Yahya Staquf adalah dua, tidak peduli apa yang diomongkan dan bagaimana posisi dirinya seperti disebutkan dalam klarifikasinya.
Maaf jangankan untuk sekelas Pak Staquf, kritik dan kecaman dari negara-negara pendukung kuat Israel saja tidak dipedulikan, apalagi hanya sekedar tamu.
(1) Tujuan pertama, Israel sukses mengundang Katib Aam (sekjen) organisasi Muslim terbesar Indonesia (NU) ke Israel ditengah kecaman dunia atas perilaku brutal terhadap rakyat Palestina.
(2) Tujuan kedua, yang tidak begitu diperhatikan Staquf, acaranya diselenggarakan di Yerusalem, ibukota ilegal Israel secara hukum internasional, dan bagi Muslim langkah Staquf ini cukup menyakitkan. Kehadirannya di Yerusalem memberi semacam pesan simbolik pengakuannya secara diam-diam (silent recognition) terhadap pencaplokan Yerusalem.
Jadi ini memiliki konteks dengan pernyataan PM Israel Netanyahu beberapa waktu lalu: "Israel diplomacy has never been better off." (Diplomasi Israel tidak pernah lebih baik dari kondisi sekarang ini)
Dan sebagai seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), dia tidak begitu memahami bahasa diplomasi Israel dengan pesan-pesan simboliknya.
Pak Jokowi sudah cukup perlu mengevaluasi dirinya karena manuvernya tidak sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia.
It has nothing with your credibility, pak. Jika untuk alasan kemanusiaan dan komitmen internasional, Argentina dan Messi saja membatalkan agenda laga persahabatan (friendly match) yang dijadwalkan, lalu apa yang menjadi alasan masuk akal Pak Yahya sebagai seorang manusia, Muslim dan warga Indonesia yang anti penindasan? Kurang lengkapkah?