[PORTAL-ISLAM.ID] Sekali lagi aku termangu, membaca hadis yang sebenarnya sudah berulang kali kubaca. Aku terdiam merenungi sabda Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Seseorang yang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu mati ketika sedang menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkan baginya surga.” (HR. Muslim).
Ini adalah kabar dan sekaligus peringatan dari Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Sulit membayangkan ada pemimpin menipu rakyatnya sendiri. Tetapi hadis itu ada, sementara tidaklah Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam berbicara kecuali dengan bimbingan Allah ‘Azza wa Jalla. Maka suatu saat pasti akan pernah terjadi seorang pemimpin menipu rakyatnya, memperdayai mereka, secara diam-diam atau terang-terangan. Mereka culas.
Jika ini terjadi, sungguh musibah besar. Terlebih jika berkumpul dalam diri pemimpin itu beserta orang-orang di sekelilingnya sifat ringan berdusta, melempar tanggung-jawab dan tidak punya malu mengkhianati perkataan sendiri. Inilah pemimpin yang tidak menyayangi rakyatnya.
Semoga ini tidak terjadi pada kita. Sekiranya pemimpin yang menipu itu ada atau berpotensi ada di masa kini, semoga Allah subhanahu wa ta’ala hindarkan kita dari keburukan yang lebih besar. Kepada-Nya kita memohon. Angkat tanganmu dan jangan pernah abaikan untuk terus berdo’a:
اللَّهُمَّ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
“Ya Allah, janganlah Engkau serahkan kepemimpinan wilayah kami kepada orang yang tidak mengasihi kami.” (HR. Tirmidzi).
Diam-diam aku merasa khawatir, pemimpin yang menipu itu telah dekat atau sesungguhnya telah ada di masa kita. Pemimpin yang amat besar fitnahnya. Sesiapa mendekat, akan ikut rusaklah dia.
Maka sekali lagi, mohonlah dengan sungguh-sungguh seraya memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada perbaikan. Semoga Allah Ta’ala karuniai pemimpin yang bertakwa dan amanah.
Catatan gelisah menjelang Subuh, 19 Juni 2018
Moh fauzil adzim
Sumber: Swa