[PORTAL-ISLAM.ID] Katib Aam (Sekjen) Suriyah PBNU KH Yahya Cholil Staquf telah berada di Israel dan berbicara di acara diskusi yang diadakan organisasi Yahudi Amerika (American Jewish Committee/AJC). Dia menegaskan alasan kehadirannya di Israel.
"Saya berdiri di sini untuk Palestina. Saya berdiri di sini atas dasar bahwa kita semua harus menghormati kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka," kata Yahya setelah menjadi pembicara dalam forum yang diprakarsai American Jewish Committee (AJC) di Israel, sebagaimana dilansir NU Online, Senin (11/6/2018).
Link: https://news.detik.com/berita/4064229/yahya-staquf-di-israel-saya-di-sini-untuk-palestina
***
KLAIM Yahya Staquf "Saya di Sini untuk Palestina" ini banyak mendapat sorotan dari publik di tanah air.
Klaim ini dianggap tidak sesuai dengan isi pembicaraan di forum diskusi Israel tersebut.
Mantan staf Ketua Komisi I (Komis Luar Negeri) DPR RI, Arya Sandhiyudha melalui akun twitternya mengungkap bukti video di forum diskusi Israel tersebut.
"Ini link video full nya https://youtu.be/bn0bswYyGZY Sila kita cek sama-sama. Tidak ada kalimat setegas rilis yang disampaikan ke media di Indonesia. Tidak ada penjelasan brilian seperti dijelaskan kpd @Menlu_RI @Kemlu_RI. Bahkan, tidak ada kata-kata "Palestina"," kaya Arya Sandhiyudha.
Ini link video full nya https://t.co/Ip7iF6dhDZ Sila kita cek sama-sama. Tidak ada kalimat setegas rilis yg disampaikan ke media di Indonesia. Tidak ada penjelasan brilian seperti dijelaskan kpd @Menlu_RI @Kemlu_RI. Bahkan, tidak ada kata-kata "Palestina".— Arya Sandhiyudha AS (@AryaSandhiyudha) 11 Juni 2018
[video]
Berdasar video resmi yang dirilis pihak penyelenggara (AJC) di Youtube berdurasi 14 menit 35 detik, dalam interview yang dipandu Moderator Rabi David Rosen yang juga salah seorang Direktur di Forum Global AJC, Yahya Staquf tidak sedikitpun menyinggung tentang Palestina, tidak menyebut Palestina, apalagi membela hak-hak Palestina melawan penjajah Israel.
Berikut terjemahan isi video pembicaraan Yahya Staquf di American Jewish Commite Global Forum 2018 in Israel yang berlangsung di Yerusalem:
Rabi David Rosen menyambut gembira kehadiran Yahya Staquf. Secara spesifik, Rabi David menyebut Yahya Staquf sebagai pihak yang menyebarkan dan mencerahkan suara Islam.
Kehadiran Yahya Staquf, disebut Rabi David tak lepas dari tonggak sejarah penting yang dipancangkan Gus Dur 16 tahun lalu saat menghadiri pertemuan tahunan AJC di Washington. Rabi David juga mengatakan bahwa Gus Dur telah 3x mengunjungi Israel. Maka, kehadiran Yahya Staquf ini merupakan momen istimewa untuk merajut kembali silaturahim yang dulu dijalin Gus Dur.
David Rosen pun bertanya mengenai makna kunjungan ke Israel ini bagi Yahya Staquf, mengingat Yahya Staquf adalah seorang murid Gus Dur.
Yahya Staquf mengatakan, Gus Dur adalah seorang yang memiliki jangkauan visi jauh ke depan. Sehingga apa yang dikerjakan Gus Dur, terkadang sulit dilihat dalam waktu singkat.
Berbicara hubungan Islam dan Yahudi Yahya Staquf menyatakan hubungan tersebut bergerak fluktuatif. Kadang sangat akrab, kadang bergerak dinamis tergantung situasi.
Beberapa persoalan yang muncul antara Islam dan Yahudi terletak pada cara mengajarkan agama itu sendiri.
Dalam konteks persoalan dunia saat ini, Islam dan Yahudi perlu bersama-sama mencari sebuah jalan baru dalam memperbaiki silaturahim tersebut.
Pertama, mengembalikan fungsi agama dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Kedua, harus ada interpretasi moral yang membimbing umat agar tercipta harmonisasi antarumat beragama.
David Rosen kemudian mengatakan bahwa pernyataan Yahya Staquf tersebut mengindikasikan adanya kemungkinan untuk menginterpretasikan teks tertentu dalam Alquran dan hadits agar tak menjadi halangan bagi kelompok Islam dan Yahudi.
Dengan sangat meyakinkan, Yahya Staquf pun menjawab.
"Bukan hanya mungkin, namun harus. Karena setiap ayat yang dituliskan dalam Alquran mengungkap hubungan nyata dan spesifik yang terjadi pada zaman itu.
Begitu pun Nabi Muhmmad SAW dalam tiap penuturannya selalu mengatakan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi pada masa itu.
Jadi, baik Alquran maupun hadits, keduanya merupakan dokumen sejarah yang berisi tuntunan moral dalam menghadapi situasi tertentu pada zaman itu.
Maka ketika zaman berubah, manifestasi tentang moralitas tersebut juga harus berubah."
Rabi David Rosen mengatakan seperti halnya Gus Dur, Anda juga mempromosikan dakwah dengan pendekatan khusus dan anti gerakan ekstrim. Apakah Anda di Indonesia menemukan sesuatu yang bisa Anda bagikan kepada dunia terkait hal ini?
Yahya Staquf menjawab, bahwa Indonesia sendiri masih penuh persolaan. Kondisi asli Indonesia yang beragam, mau tidak mau membuat Indonesia hidup dalam keragaman harmoni.
Sementara di berbagai belahan dunia, agama selalu dipakai sebagai alat justifikasi atau senjata untuk memicu konflik.
Pilihannya adalah maukah kita melanjutkan konflik ini, atau maukah kita mencari alternatif jalan keluar dari persoalan ini?
Jika kita tak mau menyelesaikan, jawabannya sudah pasti. Tidak ada satu pun orang yang bisa selamat dari persoalan ini.
Saat ini, agama dipakai sebagai alat justifikasi dan senjata untuk berkonflik. Oleh karena itu, kita harus bertanya kepada diri sendiri. Apakah ini yang kita inginkan dengan agama kita?
Atau, bisakah agama digunakan sebagai inspirasi untuk mencari jalan keluar dilihatnya persoalan-persoalan ini.
Inilah yang dilihat oleh NU. Kita harus berubah. Semua pihak harus berubah.
Yahya Staquf pun menggunakan perumpamaan. Seorang dokter mengatakan, tidak ada obat yang manjur bagi penderita diabetes dan penyakit jantung bila mereka tidak mengubah gaya hidup dan menjalani diet mereka.
Yahya Staquf pun mengutip surat Ar-Ra'd ayat 11.
Pada akhir pernyataannya, Yahya Staquf mengatakan, saat ini banyak pihak bertikai untuk memperebutkan sumber daya, dan berusaha mengalahkan bangsa lain. Dalam perjalanan sejarah, kita sampai pada kondisi di mana kita tak mampu lagi menjelaskan akar konflik yang terjadi, atau bagaimana konflik itu harus berakhir
Di akhir statemennya, Yahya Staquf menyampaikan sebuah opsi yang dalam Islam disebut sebagai "rahmah". Dalam ajaran Islam, rahmah diartikan sebagai welas asih, dan peduli terhadap sesama.
Rahmah memungkinkan terjadinya keadilan karena rahmah membuat seseorang ingin menghadirkan keadilan.
Pernyataan Yahya Staquf mengenai rahmah ini disambut tepuk tangan meriah hadirin, karena ternyata menyerupai prinsip dalam agama Yahudi raha man dan raha meem dengan arti yang sama.
Di forum AJC ngomong palestina apalagi bela palestina semua kamera dimatiin diusir langsungπππ— liar in chief (@SB_0107) 11 Juni 2018
Yg cerdas pewawancaranya lihat kalimat penutup berarti kita memilik i kesamaan rahman dan rahim, terima kasih anda telah memilih menjadi islam yang rahmah......jadi klo lo muslim mau dihargai zionis biar tanah dirampas dan dibunuhi tetep rahmah, klo ngelawan radikal n teroris. https://t.co/ZFL8zlYDGC— liar in chief (@SB_0107) 11 Juni 2018
Cuma orang yg bodoh yg prcy Bpk bela Palestina
— DaruratNalarSehat (@Mimi_Hokyah) 11 Juni 2018
1. Bpk ketua yayasan yg duitnya dr Israel
2. Pidato Bpk ga ada tuh kata2 bela Palestina
3. Jgn pake alasan basi diplomasi bullshit, emang Indonesia sekuat apa bs diplomasi Israel
Penghianat + penjilat π
Umat yang waras, kalaupun ngga terlalu cerdas, ngerti ko bahwa orang itu hanya mewakili dirinya sendiri pergi ke Israel. Dan mewakili kaum nalar bengkok yang hati nuraninya mangkrak.
— Namaku Ombak (@bandabening) 11 Juni 2018
Bela Palestina? Kodok juga bakal tertawa kok oleh dusta recehan.. https://t.co/Pt26hzWD1o
Katanya mau diplomasi membela Palestina, tapi kok isi omongannya cuma platitude doang.— Ahmad Pathoni (@apathoni) 11 Juni 2018
*Platitude = basa basi, omong kosong