[PORTAL-ISLAM.ID] Kalaulah HAMAS tidak ada, kelompok-kelompok perlawanan tidak ada, Palestina kini akan hanya tinggal sebuah nama. Masjid Al Aqsha akan seperti bangunan-bangunan bersejarah Islam di Andalusia (Spanyol). Atau bahkan mungkin akan diruntuhkan rata setelah Israel terus menerus menggali terowongan dibawahnya untuk menemukan yang menurut kepercayaan mereka sebagai Haikal Sulaiman. Dan juga bangunan-bangunan bersejarah Islam lainnya seperti Masjid Al Khalil (Nabi Ibrahim), Masjid Nabi Yunus, benteng-benteng kebanggaan yang dibangun Kekhalifahan Utsmaniyah, dsb. Saat ini sudah mulai gerakan peruntuhan itu. Mimbar bersejarah tempat Shalahuddin berkhutbah pun sudah dibakar dihancurkan.
Kalaulah atas nama PERDAMAIAN atau "RAHMAH", kebiadaban Israel dapat dihentikan atau kekuasaan otoritas Palestina bertambah atau setidaknya mereka punya yang disebut wilayah berdaulat yang tidak pernah berkurang, TAPI realitanya seperti yang terjadi sekarang. Wilayah Palestina (zona hijau) berkurang dan terus berkurang. Tapi dengan adanya gerakan perlawanan seperti Hamas, Fatah, dll, Palestina masih ada, tidak menjadi putih (lenyap) semua.
Tidak perlulah berbicara atas nama CINTA dihadapan orang yang tidak punya cinta. Sejarah juga mencatat, Shalahuddin adalah orang yang penuh cinta termasuk dihadapan lawannya, tapi dia juga seorang pejuang, terhunus ditangannya pedang di medan perang, terus menyerang hingga musuh tak bersisa atau menyerah kalah.
Kita dibatasi oleh berbagai macam persoalan untuk membantu rakyat Palestina. Sekalipun demikian kita tetap akan membelanya dengan apa yang kita bisa.
Bila tak sanggup memberi, janganlah bertepuk tangan bersama kezaliman, atau senyum mesra duduk bersama Penjajah.
Kalau tak sanggup menolong, setidaknya biarkan rakyat Palestina berjuang antara mati syahid atau menang. Jangan dihalang-halang. Jangan menghina mereka dengan berkoar 'Saya di sini untuk Palestina'. Jangan menghina perjuangan rakyat Palestina. Karena mereka tak sehina dirimu.