[PORTAL-ISLAM.ID] Dolar USA kembali ngamuk, Rupiah terpuruk.
Menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir berpotensi tidak hanya memengaruhi pergerakan mata uang negara-negara lain, nilai tukar rupiah pun diramal bakal ikut merasakan keperkasaan mata uang Paman Sam.
Sejumlah ekonom memperkirakan nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan pasar valas domestik pada Kamis (21/6/2018) berada di rentang Rp 14.000/US$ - Rp 14.100/US$. Adapun pada penutupan perdagangan sebelum libur Lebaran, dolar AS berada di Rp 13.900/US$.
"Pada Kamis nanti, menurut saya rupiah bisa di atas Rp 14.100/US$, tapi tidak menyentuh Rp 14.200/US$," ungkap Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro kepada CNBC Indonesia yang dikutip Selasa (19/6/2018).
Keperkasaan dolar AS yang terjadi sejak 13 Juni sampai saat ini memang bukan tanpa alasan. Meskipun diterpa isu perang dagang, euforia hasil rapat bank sentral AS, Federal Reserve/ The Fed, pekan lalu menjadi faktor utama pendorong penguatan greenback.
Terlebih peluang The Fed memperketat kebijakan moneternya semakin terbuka lebar sebagaimana tergambar dalam dot plot bank sentral yang semakin bergerak ke atas. Pelaku pasar pun mulai memburu aset-aset berbasis dolar AS di pasar uang maupun pasar obligasi.
Kemarin, Senin (18/6/2018) pada pukul 10:30 WIB, Dollar Index - yang mengukur posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama - menguat 0,07%. Kondisi ini pun menghantui pergerakan rupiah jelang pembukaan perdagangan pasca-libur Lebaran.
Bank Indonesia (BI) sebagai penjaga nilai mata uang Garuda tak memungkiri penguatan greenback terhadap sejumlah mata uang negara lain tak terkecuali Indonesia masih akan terus berlangsung hingga akhir 2018. Namun, hal ini sudah masuk dalam kalkulasi BI, tegas bank sentral.
"BI sudah kalkulasi kemungkinan dolar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain hingga akhir 2018 karena membaiknya perekonomian AS," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia.
Berbagai upaya akan terus dilakukan bank sentral untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tak terlempar jauh dari fundamentalnya. BI tidak ingin pelemahan rupiah menjadi tidak wajar dan menimbulkan pesimisme bagi pelaku pasar.
"Yang penting terhadap rupiah adalah menjaga nilai tukar tetap stabil atau seandainya melemah akan terjadi secara wajar, tidak overshooting," katanya.
BI, sambung dia, pun akan terus melakukan komunikasi secara transparan dengan para pelaku ekonomi sebagai upaya menumbuhkan optimisme terhadap prospek perekonomian domestik.
"BI akan terus melakukan komunikasi dengan pelaku ekonomi untuk transparansi kondisi ekonomi domestik, outlook, dan risiko serta respons kebijakan yang tengah dan akan dilakukan," jelasnya.
"Sebagaimana dalam statement Gubernur, BI akan terus melakukan kalibrasi perkembangan di eksternal dan dampaknya ke domestik. Serta jika diperlukan, membuka ruang untuk penyesuaian berikutnya atas suku bunga," ungkapnya. (CNBC Indonesia)
Di Google hari ini, Selasa (19/6/2018) pukul 19.30 WIB, dolar ke rupiah menunjukan angka di atas 14 ribu (tepatnya Rp 14.163).