[PORTAL-ISLAM.ID] Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat yang diikuti 4 pasangan calon (Paslon) diprediksi berlangsung sengit. Pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) dinilai masih berpeluang menang di Pilgub Jabar.
Direktur Survei and Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara, mengatakan ada empat faktor yang bisa menentukan kemenangan pasangan Asyik.
Pertama, figur Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Nama Prabowo Subianto dianggap masih berpengaruh kuat bagi masyarakat Jabar.
“Keunggulan Prabowo ini (di Jawa Barat) sudah tercermin dalam kemenangannya di Provinsi Jabar sebagai ladang suara saat Pilpres 2014,” kata Igor di Jakarta, Jumat 22 Juni 2018 malam.
Kemudian, menurut Igor, kinerja Ahmad Heryawan memimpin Jabar selama dua periode juga menjadi nilai plus dalam memberikan dukungannya kepada pasangan Asyik. Padahal, dulu Aher selalu diprediksi kalah di Pilgub 2008 dan 2013 oleh banyak lembaga Survei.
“Namun faktanya justru menang, karena adanya silent voters, yaitu pemilih diam yang sebenarnya sudah menetapkan pilihan, tetapi tidak dinyatakan secara terbuka,” jelas dia.
Igor melanjutkan, kerja tiga parpol pendukung Asyik, yakni Gerindra, PKS dan PAN diharapkan bisa menyapu bersih undecided voters dan swing voters saat hari pencoblosan.
“Demonstration effect kemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang juga diusung Gerindra-PKS-PAN di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu bertendensi diikuti warga Jabar, terutama di daerah yang berdekatan dengan Jakarta, seperti Depok, Bekasi, dan Bogor,” terangnya.
Faktor kedua, manuver pasangan Asyik yang mengaitkan kemenangannya nanti di Pilkada Jawa Barat 2018 dengan kemenangan Prabowo di Pilpres tahun 2019, salah satunya dengan jargon “2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden”.
Bahkan, pasangan Asyik berani membentangkan kaos ganti presiden saat acara debat Cagub Jabar.
Sedangkan paslon lainnya terbagi dan diusung oleh parpol pendukung pemerintah yang ingin mempertahankan status quo penguasa sekarang ini,” klaimnya.
Yang ketiga, kontroversi pelantikan Komjen Iriawan sebagai Pj Gubernur Jabar yang menimbulkan polemik dan kecurigaan publik, terkait netralitas dalam Pilkada 2018.
“Hal ini tentu bisa menjadi amunisi penguasa untuk pemenangan paslon tertentu. Namun sebaliknya, mungkin saja malah kontradiktif, bahkan blunder. Karena perilaku aparat lebih mudah ditebak daripada perilaku pemilih,” tambahnya.
Faktor yang keempat, ‘nyunda’, ‘nyakolah’, dan ‘nyantri’ adalah poin penting warga Jabar memilih Gubernurnya.
Sumber: garudayaksa