[PORTAL-ISLAM.ID] Kami sungguh sepakat bahwa insiden pembagian sembako di Sabtu (28/4/2018) memang harus diusut secara serius, karena:
1. Ada korban jiwa. Faktanya, ada 2 orang yang meninggal dunia akibat insiden tersebut. Adanya korban jiwa dalam sebuah peristiwa tidak bisa dianggap sebagai perkara yang sepele. Sekedar perbandingan, jika disebuah desa ada bayi yang meninggal, maka dinas kesehatan akan melakukan investigasi secara serius kepada bidan desa yang bertugas disitu. Padahal boleh jadi, bidan desanya tidak berkaitan secara langsung dengan kejadian yang mengakibatkan meninggalnya bayi itu.
Terlebih, korban yang meninggal masih berusia anak - anak. Patut diduga ada kelalaian dari panitia penyelenggara, baik pada segi manajemen pembagian sembako hingga antisipasi peralatan dan petugas medis dilokasi. Jika acara ini juga berbau politis (karena digagas oleh politisi), maka perlu ditelusuri oleh pihak panwas juga. Karena ada aturan bahwa anak - anak dilarang ikut dalam kegiatan politis (kampanye terselubung).
2. Penuh kontroversi. Ada banyak kontroversi dan kesimpang siuran pemberitaan yang muncul di ruang publik. Mulai dari perijinan, bentuk kegiatan, penggagas kegiatan, penanggungjawab, pencatutan nama Pemprov Jakarta hingga penyebab kematian korban. Hingga sekarang, kita mendapatkan banyak versi pemberitaan yang berbeda, baik dari pihak panitia penyelenggara, pemprov Jakarta, kepolisian hingga kuasa hukum korban. Semua ini harus diperjelas situasinya.
Terlebih, adapula upaya untuk mengaburkan fakta-fakta dilapangan. Diantaranya ; (1) memberi uang tali asih kepada keluarga korban dan meminta mereka tutup mulut, (2) adanya intimidasi kepada sejumlah awak media yang ingin mengungkap kasus ini, (3) adanya pengalihann isu seputar penyebab kematian korban, dan (4) adanya gerakan sosial yang bersifat terstruktur, massif dan sistematis untuk "mengubur" kasus ini dengan isu yang lain.
3. Sarana pembelajaran. Monas adalah salah satu tempat yang menjadi ikon nasional. Disana banyak digelar kegiatan besar oleh banyak pihak. Dari yang berskala kecil hingga yang menghadirkan berjuta - juta manusia. Jika kejadian insiden monas seperti ini dibiarkan, maka akan jadi preseden yang sangat buruk dimasa depan. Standar pengelolaan kegiatan akan menurun, pemprov Jakarta akan mudah memberi izin, dan jangan lupa, Monas akan berubah imej menjadi tempat yang angker.
Insiden di Monas (28/4) harus menjadi pembelajaran yang sangat mahal bagi semua pihak agar bisa bekerja secara profesional. Lihat saja berita yang muncul diberbagai laman media daring: sampah berserakan, tanaman rusak terinjak-injak, kisruh pembagian sembako, pemberian makanan manusia yang tidak standar, ditengerai agenda kristenisasi terselubung, munculnya korban jiwa. Dan hal seperti ini terjadi tepat di jantung kota Jakarta. Apa kita mau diam saja?
Mari kita kawal bersama pengusutan pihak berwajib pada insiden pembagian sembako di Monas kemarin. Kepolisian, Panwas, Ombudsman, KPAI, PWI/AJI dll perlu turun agar semua persoalan bisa dikupas dengan tuntas.
(Eko Jun)