[PORTAL-ISLAM.ID] Tragedi rusuh berdarah di Mako Brimob yang menewaskan lima orang polisi dan satu tahanan teroris menjadi catatan besar.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebut sudah saatnya Mako Brimob yang didalamnya ada Rutan dikembalikan fungsinya seperti fungsi semula.
"Segera bubarkan Rutan Brimob dan kembalikan fungsinya ke fungsi semula, yakni tempat menahan anggota Brimob nakal," demikian pernyataan Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, Kamis (10/5/2018).
Apa yang disampaikan Neta itu merupakan bagian dari keterangan tertulis yang dia sampaikan mengenai kejadian ini. Berikut pernyataan lengkapnya:
SIARAN PERS IPW
Sikap pemerintah dalam menyelesaikan kasus kekacauan dan penguasaan Rutan Brimob oleh tahanan teroris patut diapresiasi, apalagi dalam penyelesaiannya tidak ada korban luka maupun tewas dan tahanan teroris berhasil dipaksa menyerah tanpa syarat.
Indonesia Police Watch (IPW) menilai, hadirnya Menko Polhukam, Panglima TNI dan pejabat lainnya di Mako Brimob menunjukkan sikap soliditas aparatur pemerintah yang mampu memberi support pada Polri untuk menyelesaikan kasus tsb secara profesional. Dengan selesainya kasus ini IPW berharap kasus serupa tidak terulang lagi. Sebab kekacauan di Rutan Brimob sudah dua kali terjadi.
Pasca kasus ini IPW memberi lima catatan yang perlu segera dilakukan Polri.
Pertama, segera bubarkan Rutan Brimob dan kembalikan fungsinya ke fungsi semula, yakni tempat menahan anggota Brimob nakal. Selama ini tanggungjawab pengelolaan Rutan Brimob adalah Bareskrim, sementara tanggungjawab lokasi adalah Korbrimob. Sehingga setiap kali terjadi hal hal negatif, yang dapat sorotan dan kecaman adalah Korbrimob sebagai pasukan elit Polri.
Kedua, jangan pernah lagi mengumpulkan tahanan teroris dalam jumlah besar dalam satu tempat, apalagi jumlah sipirnya terbatas seperti di Rutan Brimob.
Ketiga, Polri perlu mengevaluasi semua tempat penyimpanan senjata apinya agar tidak mudah dikuasai pihak lain. Sebab dari pantauan IPW banyak tempat penyimpanan senjata api Polri sangat tidak representatif. Di Polsek Polsek misalnya, senjata api Laras panjang, rata rata tiga unit, hanya diletakkan di bawah meja dan hanya ditutupi triplek atau tutup seadanya. Terutama jika tengah malam, umumnya petugas piket tidur dan senjatanya terbiarkan meski terikat rantai.
Keempat, mentalitas sipir yang terlalu mudah disuap perlu diubah. Sebab dengan uang suap hampir semua tahanan di negeri ini, termasuk tahanan teroris bisa memasukkan alat komunikasi dan sangat ironis ketika terjadi kekacauan di Rutan Brimob para tahanan teroris bisa melakukan live lewat medsos.
Kelima, Polri harus bertindak tegas untuk segera mencopot semua pejabat yang bertanggungjawab. Sebab akibat kecerobohan mereka dan tidak adanya pengawasan simultan yang mereka lakukan terjadi kekacauan di Rutan Brimob yang membuat lima polisi dibunuh tahanan teroris.
Salam
Neta S Pane
Ketua Presidium Ind Police Watch
(Sumber: detikcom)