[PORTAL-ISLAM.ID] Polisi menyatakan motif remaja yang mengancam akan menembak Presiden Joko Widodo hanya bercanda bersama temannya. Pria berinisial S (16) itu juga ingin mengetes kemampuan polisi untuk menangkapnya.
"Ini merupakan kenakalan remaja. Kenapa? Ya karena pada saat dia berkumpul dengan temannya, dia mengatakan, 'Kamu berani nggak kamu? Nanti kalau berani, kamu bisa nggak ditangkap polisi?' Jadi mengetes ini berdua, mengetes polisi. Kira-kira polisi mampu tidak menangkap dia. Jadi anak-anak ini bercanda, lucu-lucuan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/5/2018).
Link: https://news.detik.com/berita/d-4035556/motif-abg-pengancam-tembak-jokowi-lucu-lucuan-ngetes-polisi
***
[video]
Benarkah ini cuma lucu-lucuan?
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menyebut apa yang disampaikan dalam video itu tidak ada lucu-lucunya. Justru itu merupakan hate speech (ujaran kebecian) terparah yang pernah ada.
"Tentu rakyat Indonesia sangat tersinggung kepala negaranya disebut kacung dan sangat marah karena diancam-ancam bunuh. Mungkin ini hate speech terparah dari yang pernah ada. Kami menyaksikan tidak ada lucu-lucunya sama sekali video itu," kata Mardani Ali Sera di akun twitternya, Jum'at (25/5/2018).
Selengkapnya pernyataan Mardani Ali Sera:
1. Tentu rakyat Indonesia sangat tersinggung kepala negaranya disebut kacung dan sangat marah karena diancam2 bunuh. Mungkin ini hate speech terparah dari yg pernah ada. Kami menyaksikan tidak ada lucu2nya sama sekali video itu. Kita harus edukasi. #TidakLucu
1. Tentu rakyat Indonesia sangat tersinggung kepala negaranya disebut kacung dan sangat marah karena diancam2 bunuh. Mungkin ini hate speech terparah dari yg pernah ada. Kami menyaksikan tidak ada lucu2nya sama sekali video itu. Kita harus edukasi. #TidakLucu— Mardani Ali Sera (@MardaniAliSera) 25 Mei 2018
2. Kita tidak sedang mempertentangkan pelaku dari orang kaya/ miskin, pribumi/non pribumi, remaja/ dewasa. Tapi tentang pendekatan hukum serta kekuasaan yg dilakukan terhadap perlakuan2 sejenis, bahkan jenis yg ringan. #TidakLucu
2. Kita tidak sedang mempertentangkan pelaku dari orang kaya/ miskin, pribumi/non pribumi, remaja/ dewasa. Tapi tentang pendekatan hukum serta kekuasaan yg dilakukan terhadap perlakuan2 sejenis, bahkan jenis yg ringan. #TidakLucu— Mardani Ali Sera (@MardaniAliSera) 25 Mei 2018
3. Jika kita ikuti banyak media, kita akan dapati betapa banyak orang/ remaja di tangkap karena hal sepele, yg mungkin mereka membuat kritik atau lucu2an kpd pemerintah di socmed. Lalu berakhir dipersidangan, padahal kata maaf sudah disampaikan. #TidakLucu
3. Jika kita ikuti banyak media, kita akan dapati betapa banyak orang/ remaja di tangkap karena hal sepele, yg mungkin mereka membuat kritik atau lucu2an kpd pemerintah di socmed. Lalu berakhir dipersidangan, padahal kata maaf sudah disampaikan. #TidakLucu— Mardani Ali Sera (@MardaniAliSera) 25 Mei 2018
4. Untuk video yg Viral kemarin: Ucapan Maaf dan Hadir dengan orang tua tentu bagus. Dan ini bisa jadi edukasi untuk semua. Ini bisa menjadi pelajaran dan juga "hukum" bagi pelaku agar jera. Krn memalukan nama keluarga. #TidakLucu
4. Untuk video yg Viral kemarin: Ucapan Maaf dan Hadir dengan orang tua tentu bagus. Dan ini bisa jadi edukasi untuk semua. Ini bisa menjadi pelajaran dan juga "hukum" bagi pelaku agar jera. Krn memalukan nama keluarga. #TidakLucu— Mardani Ali Sera (@MardaniAliSera) 25 Mei 2018
5. Karena itu perlakuan serupa mestinya diterapkan pada kasus2 sebelumnya. Jangan main tangkap dan pendekatan kekuasaan. Jika kasus berat ini gunakan pendekatan edukasi dan kasus lain gunakan pendekatan kekuasaan maka pemerintah sedang menggali kuburnya sendiri. #TidakLucu
5. Karena itu perlakuan serupa mestinya diterapkan pada kasus2 sebelumnya. Jangan main tangkap dan pendekatan kekuasaan. Jika kasus berat ini gunakan pendekatan edukasi dan kasus lain gunakan pendekatan kekuasaan maka pemerintah sedang menggali kuburnya sendiri. #TidakLucu— Mardani Ali Sera (@MardaniAliSera) 25 Mei 2018