[PORTAL-ISLAM.ID] Ganjar berusaha menjadi alter ego-nya Ahok. Pemarah, kasar, sok tegas, gaul dan social-media freak. Begitu ketauan publik ngga suka, Ganjar buru-buru obah taktik. Sekarang dia pake peci dan sok ramah. Tapi kesan 'kemlinthi'-nya tetep ada. Ngga bisa hilang.
Sudirman-Ida lebih berkualitas. Punya chance menumbangkan Ganjar-Yasin. Apatisme rakyat dan popularitas Ganjar membuat kubu ganjaran-yasinan percaya diri. Padahal, popularitas tidak berarti elektabilitas. Popularitas sering identik dengan 'infamous'; terkenal tapi dibenci.
Rakyat Jawa Tengah tidak punya hubungan batin yang serius dengan Ganjar dan Yasin. He is not the governor of the peoples.
Tidak ada orang yang bakal menangisi kekalahan Ganjar-Yasin. Termasuk mereka yang dapet proyek selama Ganjar berkuasa. Paling-paling bandar yang nangis; karena sudah abis duit eh ternyata kalah.
Indikator "jarak batin" itu bisa dilihat dari besarnya "undecided voters". Mereka silent majority yang belum memutuskan. Bisa jadi karena mereka takut. Ngga berani speak out their mind. Pastinya, mereka enggan pilih Ganjar-Yasin.
Petani, buruh, nelayan, akademisi, student, NuMu, budayawan, pesantren dan perempuan tertindas akan menjadi full-frontal demographic supporters Sudirman-Ida.
Kekuatan Sudirman-Ida, secara singkat disebut F4C: Fine culture, capitalism, class dan communication.
Keduanya punya langgam budaya. Lebih Njawani. Suka wayang. Bangga dengan batik daripada heavy metal dan "uassu kabeh...!!"
Fine capitalism berarti bisa mensinergikan semua potensi ekonomi. Ngga dagang slogan "marhaenisme" tapi kongkalikong dengan bos gede. Ngga ngomong pro buruh tapi UMR 1,5 juta. Menurut Sekjen Buruh Rusdy, UMR Jateng terendah di seluruh planet.
Mind-drill mantra sebagai "gubernur millenial" ngga punya efek terlalu penting bagi kesejahteraan orang banyak. Gaya komunikasi Ganjar-Yasin terkesan dibuat-buat. Sok menggunakan diksi sophisticated. Padahal ngawur dan tidak intelek. Publik sulit memahami omongan mereka soal desil-desil, comparable, pengangguran hanya ada di desa, kandang banteng, sekolah tanpa sekat, rumah sakit tanpa dinding dan sebagainya.
Ganjar-Yasin tidak punya apa yang disebut "Trump's Entertaining Personality". Semakin dipaksakan jadinya semakin ngeselin.
Saat Ganjar asyik nge-vlog dan selfie, jalanan masih banyak lobang. Petani dipersulit Kartu Tani. Kemiskinan bertengger di angka 12,23%. Banjir rob tidak bisa diatasi. No solution di masalah pabrik semen.
Satu-satunya ancaman (threat) bagi kemenangan Sudirman-Ida adalah money politic dan intimidasi preman.
Penulis: Zeng Wei Jian