[PORTAL-ISLAM.ID] Bau anyir korupsi menguar kuat dari penyelenggaraan Rapa tahunan International Monetary Fund (IMF)-Bank Dunia (International Monetary Fund (IMF)-World Bank Annual Meeting 2018 yang akan dilaksanakan di Nusa Dua Bali Oktober mendatang.
Sebagai tuan rumah, Indonesia disinyalir akan merogoh kocek sekitar 1 Triliun hanya untuk biaya operasional.
Sebuah angka fantastis yang membuat warganet bengong.
Tak tanggung-tanggung, angka fantastis ini membuat Hasan Yahya Assegaf, warganet yang dikenal kritis dan tajam memberikan tudingan serius diarahkan kepada Bank Dunia dan IMF .
Dalam serial cuitanya, pria pemilik akun twitter @_haye_ ini heran, mengapa IMF dan Bank Dunia justru memfasilitasi korupsi di negara dunia ketiga seperti Indonesia.
"How World Bank and IMF is facilitating corruption in the third world: Indonesia is spending USD100m for a one week in Bali. For the attending journalists and media, the stink of corruption and cronyism from the event should be the main headline," tulisnya di akun @_haye_, 27 April 2018 lalu.
@_haye_ kemudian memaparkan secara rinci hasil pertemuannya dengan pejabat terkait termasuk dengan seorang pejabat Bank Dunia dan menemukan banyak temuan janggal yang menurutnya harus diketahui publik Indonesia. (Silakan ikuti cuitan lengkap @_haye_ di sini)How World Bank and IMF is facilitating corruption in the third world: Indonesia is spending USD100m for a one week in Bali. For the attending journalists and media, the stink of corruption and cronyism from the event should be the main headline.— haye (@_haye_) April 27, 2018
Jumlah peserta yang diperkirakan akan mencapai 15.000 orang tersebut membuat Indonesia sebagai tuan rumah cukup disibukkan dengan berbagai agenda. Mulai dari pembangunan infrastruktur hingga merogoh kocek untuk biaya operasional.
Kajian tahap awal Bappenas tentang penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 menyebutkan, pengeluaran terbesar adalah akomodasi yang mencapai Rp 569,9 miliar, diikuti makanan dan minuman sebesar Rp 190,5 miliar, transportasi sejumlah Rp 36,1 miliar, hiburan sebesar Rp 57 miliar, dan souvenir senilai Rp 90,2 miliar.
Sementara itu, perkiraan biaya konstruksi untuk mendukung penyelenggaraan acara ini termasuk pembangunan Underpass Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, Patung Garuda Wisnu Kencana, dan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung mencapai Rp 4,9 triliun.
Sedangkan biaya operasional penyelenggaran acara ini kurang lebih sebesar 1 Triliun.
Dengan biaya sebesar itu lalu siapakah yang berhasil menjadi pemenang tender dan menjadi vendornya? Sambil menunggu jawaban memuaskan dari pemerintah, @_haye_ pun menelisik lebih dalam dan menemukan fakta mengejutkan.
"Saya coba dengan cara sederhana, pake Google:
Vendor pemenang tendernya PT Pactoconvex yang sudah pernah terlibat perkara pidana korupsi pemalsuan faktur dan kwitansi kosong untuk acara sejenis di Kementrian Luar Negeri.
Apakah ini jadi pertimbangan Kemenkeu?
Bengong," cuitnya.
Saya coba dengan cara sederhana, pake Google:— haye (@_haye_) April 30, 2018
Vendor pemenang tendernya PT Pactoconvex yang sudah pernah terlibat perkara pidana korupsi pemalsuan faktur dan kwitansi kosong untuk acara sejenis di Kementrian Luar Negeri.
Apakah ini jadi pertimbangan Kemenkeu?
Bengong.
Tak hanya @_haye_ yang kebingungan dengan pat gulipat anggaran penyelenggaraan rapat tahunan ini, arsitek sekaligus aktivis urban perkotaan Elisa Sutanudjaja pun heran dengan biaya akomodasi 6000 kamar hotel yang dialokasikan sebagai "kantor" selama rapat berlangsung.
"Saya lebih penasaran 6000 kamar itu utk siapa?
Krn baik delegasi dan pegawai WB/IMF non DC ya dibayari oleh negara dan organisasi masing2," cuit Elisa, Selasa 1 Mei 2018.
Hingga saat ini, memang belum ada penjelasan masuk akal dari pihak pemerintah sebagai tuan rumah tentang penggunaan dana yang fantastis saat negara sedang dalam kondisi perekonomian yang kacau balau, selain mengeluarkan rilis yang mengatakan bahwa akan ada dana sebesar 6.9T yang siap membanjiri Bali terkait kegiatan rapat tahunan tersebut.
Padahal bila media mau mengendus lebih dalam, angka tersebut adalah angka yang dikeluarkan pemerintah sebagai tuan rumah.
Anehnya, tak satu pun media angkat bicara mengenai bau anyir korupsi yang menguar kuat dari penyelenggaraan acara ini. [*]