BELAJAR DARİ MAHATHİR
Oleh: Mutawakkil Abu Ramadhan
22 tahun Mahathir mentransformasikan Malaysia menjadi maju, makmur, modern dan merdeka dari hegemoni asing.
Akan tetapi Malaysia sejak ditinggal beliau dari kekuasaan 15 tahun yang lalu terjadi disorientasi dan mengarah kepada krisis nasional, ini membuatnya terpanggil untuk kembali ke kekuasaan.
Pada usia 93 tahun yang mengarah ke satu abad, Mahathir rela menghabiskan sisa hidupnya untuk keluar dari zona nyaman, sebuah pola pikir yang berlawanan dengan arus. İni semua dilakukan dibawah narasi besar perjuangan mengembalikan Malaysia jaya seperti dimasa kekuasaan beliau.
Yang menakjubkan adalah kesehatan fisik Mahathir yang masih terlihat gagah dalam usia seperti itu. İni adalah bukti nyata pola hidup beliau yang sehat sekaligus mencerminkan mental dan pandangan hidup Mahathir yang sehat.
Malaysia banyak mencontohkan kepada kita bagaimana cara bernegara yang baik dan patriotik dalam konteks kekinian dan keislaman.
Sebagai bangsa yang mempertahankan identitas melayu dan Islam ditengah heterogenitas ras, Malaysia mencontohkan kepada kita bagaimana kita jangan lupa kacang dari kulitnya tanpa menindas etnis dan agama lain.
Dalam ekonomi, Malaysia secara tegas mengambil jalan membangun kemakmuran lewat teknologi dan investasi, meski begitu Malaysia tidak tunduk oleh hegemoni kekuatan apapun dimuka bumi ini. İnilah negara Melayu yang menampung investasi Barat namun tegas melawan hegemoni geopolitik Barat.
Sejak 25 tahun yang lalu Mahathir secara tegas menegakkan politik afirmasi yang berpihak kepada pribumi Melayu agar tidak dikuasai ekonominya oleh minoritas etnis Cina. Saat mega krisis keuangan tahun 1998 Mahathir memilih untuk menalangi hutang perusahaan-perusahaan pribumi Malaysia yang terbukti ampuh melawan krisis. Dimana dalam waktu dan situasi krisis yang sama Indonesia malah membela konglomerat dengan kucuran ratusan triliun dana BLBI.
Coba bandingkan dengan kita, sejak zaman Soekarno, Soeharto hingga Jokowi arah pembangunan kita tidak pernah jelas, rakyat lebih banyak yang sengsara..plin plan antara kapitalis dan sosialis tapi hanya memperkaya lapisan kecil elit negeri ini.
İnfrastruktur tertinggal jauh dari Malaysia, sekali mau bangun infrastruktur bangsa kita harus mencium kaki bangsa lain. (Mau berhutang besar dengan resiko dan syarat yang berat dari negara penghutang)
Tingkat pemahaman agama dalam politik di Malaysia begitu maju, di negeri kita berpolitik dengan agama masih diributkan. Orang Malaysia secara umum nggak malu-malu membanggakan Islamnya dalam politik, sosial dan ekonomi. Sedangkan kita malah sering memojokkan muslim yang menunjukkan sikap keagamaannya yang kuat.
Dalam berdemokrasi, Malaysia adalah gabungan dari wisdom Islam dan demokrasi modern. Bagi orang Malaysia demokrasi bukan segalanya namun tetap penting untuk menjaga kekuasaan dari kerusakan. Islam benar-benar memberikan jalan tengah bagi orang Malaysia dalam berdemokrasi.
Di negeri kita, Islam malah dicurigai sebagai ancaman demokrasi, malahan dimasa Jokowi Islam selalu dikaitkan dengan intoleransi dan radikalisme. Dimasa Jokowi Islam selalu dibenturkan dengan ideologi negara Pancasila. Tokoh-tokoh liberal seperti Syafi'i Ma'arif dan Azyumardi Azra selalu mengaitkan kegagalan bernegara dengan perilaku beragama.
Nggak ada salahnya belajar dari negara maju seperti Malaysia..... Jangan hanya suka mengirim pembantu aja disana, sambil bersarung...membuka kitab..dan membanggakan banggakan dirinya yang paling pintar (dikampungnya).
Jum'at, 25 Sya'ban 1439