[PORTAL-ISLAM.ID] Dalam kurun waktu yang singkat, gerakan #2019GantiPresiden berkembang secara massif dan menjadi antitesa Gerakan Jokowi 2 Periode. Gerakan ini adalah sesuatu yang wajar, dan bisa dimaknai sebagai artikulasi politik dari kelompok masyarakat yang menghendaki perubahan.
Muncul sejumlah tanya ditengah masyarakat, mengapa muncul gerakan #2019GantiPresiden. Setidaknya ada beberapa jawaban mendasar, diantaranya:
Pertama, Jokowi Telah Gagal
Jokowi memang gagal dalam mewujudkan janji kampanye saat pilpres 2014. Janji kampanye yang dimaksud adalah janji secara keseluruhan, yakni:
(1) janji yang terekam dalam oleh media massa
(2) janji kampanye yang terucap saat debat kandidat, maupun
(3) janji kampanye yang tertuang dalam program nawacita.
Contoh yang paling sederhana adalah saat kampanye gembar gembor revolusi mental, namun saat menjabat malah ngurusi proyek infrastuktur, yang dibiayai dari skema hutang luar negeri. Janji yang lain tentu saja sangat banyak. Malah ada buku yang berjudul 100 janji kampanye Jokowi.
Orang yang gagal tentu harus dihukum, bukan malah diapresiasi. Dalam dunia sepakbola, pemain yang gagal bersinar biasanya akan duduk nyaman dibangku pemain cadangan. Pelatih yang gagal membawa prestasi bagi klub, biasanya akan dipecat ditengah jalan. Karena kita ingin menegakkan sistem berdemokrasi yang baik, maka kontrak Jokowi sebagai presiden tidak diputus ditengah jalan. Namun saat masa jabatannya selesai, kita cukupkan 1 periode saja. Toh isi raportnya juga banyak nilai merahnya.
Kedua, Jokowi Tidak Kompeten
Dalam kompetisi pemilu, pasca kemenangan diraih adalah masa kerja dan pembuktian. Situasinya bukan lagi seperti masa pacaran, dimana semua hal nampak indah dimata. Kapasitas seseorang akan diuji secara langsung vis a vis dengan program pencitraan dan polesan media yang selama ini dibangun. Melihat performa pemerintahan selama 3 tahun berjalan, sangat mudah bagi kita berkesimpulan bahwa Jokowi sebenarnya tidak memiliki kompetensi yang memadai untuk menjadi presiden RI.
Ada beberapa acuan yang menjadi dasar penilaian, diantaranya:
(1) kompetensi personal Jokowi yang memang dibawah standar
(2) kinerja kementrian dan lembaga negara yang cenderung kontradiktif, tidak sinergis dan kurang harmonis
(3) absennya peran vital presiden atas isu-isu penting yang menjadi perhatian publik
(4) lahirnya paket-paket kebijakan negara yang tidak efektif dan tidak solutif dll.
Melihat situasi dalam negeri dan tantangan global, kita sungguh perlu mencari sosok yang lebih kompeten untuk menjadi pemimpin Indonesia.
(by Eko Jun)
Sumber: fb penulis