[PORTAL-ISLAM.ID] Tokoh Papua yang merupakan mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, yang selama ini tegas mengkritik rezim Jokowi, mendapat perlakuan RASIS dari para pendukung Jokowi.
Berikut pembelaan Jaya Suprana....
Prihatin Atas Penghinaan Terhadap Natalius Pigai
MENJELANG akhir April 2018 di media sosial beredar sebuah meme yang menyandingkan foto Natalius Pigai dengan foto seekor gorila disertai komentar-komentar yang menyebut sang mantan anggota Komnas HAM sebagai teman sang gorila disusul koreksi "Bukan teman tapi saudara kembar wkwkwkwkwk" lalu diperparah dengan "Cocok-cocok kembar siam tapi masalah sifatnya baikan yang gak pake baju" disusul "kalau Bapak ini keluar malam tanpa ada penerangan orang pasti ketakutan".
Menurut pendapat saya sebagai pendiri Perhimpunan Pencinta Humor dan peneliti humor yang hasilnya saya tuangkan ke dalam buku Humorologi, komentar yang ditimpakan ke Natalius Pigai sama sekali bukan humor tetapi horor yang sama sekali tidak jenaka sebab tidak beradab!
Penghinaan
Saya bukan orang Papua namun sebagai sesama warga Indonesia dengan Natalius Pigai saya merasa sangat amat prihatin atas penghinaan yang ditimpakan kepada Natalius Pigai.
Akibat berpihak kepada rakyat tergusur, saya pribadi sudah terbiasa dihujat oleh masyarakat medsos sebagai "si gendut", "si gentong", "tua bangka bau tanah", "cari muka", "penjilat pantat penguasa" padahal sama sekali saya bukan relawan tokoh penguasa mana pun akibat sama sekali tidak punya ambisi politik sebab tidak haus jabatan, duit dan kekuasaan namun sekedar berupaya berpihak kepada rakyat tergusur oleh angkara murka penguasa.
Namun menurut saya, hujatan terhadap Natalius Piagai sudah melanggar batas peradaban dan kebudayaan bangsa Indonesia yang sebenarnya sangat toleran dalam menghadapi perbedaan ras, etnis, paham dan agama sesuai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Boleh saja tidak suka terhadap Natalius Pigai akibat perbedaan paham, pendapat atau selera namun sama sekali tidak ada alasan pembenaran bagi seorang insan Indonesia yang beradab untuk menghina Natalius Pigai sebagai sesama warga Indonesia dan sesama manusia.
Orde Reformasi menghadirkan demokrasi di persada Nusantara sejak 1998. Demokrasi menghadirkan kebebasan berpendapat dan kebebasan mengungkap pendapat termasuk melalui medsos namun sama sekali bukan berarti demokrasi menghadirkan kebebasan menghina sesama manusia dengan alasan apa pun.
Mohom Maaf
Dengan penuh kerendahan hati sebagai seorang sesama warga Indonesia dan sesama manusia saya memohon maaf atas penghinaan yang disampaikan segelintir sesama warga Indonesia dan sesama manusia terhadap Natalius Pigai.
Pada hakikatnya penghinaan tersebut bukan hanya mencemarkan nama baik Natalius Pigai namun juga mencemarkan nama baik bangsa Indonesia sebagai bangsa yang toleran dan beradab.
Disamping sesama manusia dan sesama warga Indonesia, kebetulan saya juga sesama umat Nasrani dengan Natalius Pigai. Maka saya yakin Natalius Pigai niscaya senantiasa berupaya mewujudkan ajaran kasih sayang Jesus Kristus yang bukan cuma dihujat namun difitnah, dianiaya bahkan disalib oleh mereka yang tidak sepaham dengan Jesus Kristus.
Sabda terakhir Jesus Kristus di tiang salib bukan membenci namun legowo, tulus ikhlas mengampuni mereka yang memfitnah, menghujat bahkan menyalib Beliau dengan sabda, "Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".
(JAYA SUPRANA)
__
*Sumber: RMOL