[PORTAL-ISLAM.ID] Sejak kecil Mohamed Salah punya cita-cita jadi orang kaya supaya bisa membantu orang lain. Dia kini sudah melakukan itu, dengan gol-gol dan kedermawanannya.
Salah lahir di Nagrig, sebuah wilayah yang terletak di Provinsi Gharbia, 128 km sisi utara Mesir. Dia lahir dari pasangan yang bekerja untuk pemerintah, sehingga tumbuh di lingkungan yang bisa dibilang berkecukupan.
Rumahnya adalah bangunan bertingkat tiga, yang berjarak tak jauh dari sebuah lapangan sepakbola. Di lapangan itulah Salah banyak menghabiskan waktunya, sebelum dia bergabung dengan El Mokawloon, klub pertamanya.
Kisah salah menggiring bola di lapangan dekat rumah serta debutnya bersama El Mokawloon sudah sepuluh tahun lebih berlalu. Dia kini menjadi pemain Eropa yang bersinar paling terang. Pada leg pertama semifinal Liga Champions Selasa kemarin dia membuat dua gol dan dua assist saat Liverpool menghajar AS Roma 5-2.
Itu membuat dia total sudah membuat 43 gol di semua kompetisi musim ini. Jumlah golnya lebih banyak dari Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Salah, yang mendapat gaji 90.000 poundsterling (sekitar Rp 1,7 miliar) sepekan dari Liverpool, tak pernah melupakan dari mana dia berasal. Dia sudah mengeluarkan ribuan poundsterling untuk membantu warga Nagrig yang masih kesulitan.
Cerita tentang kedermawanan Salah tak pernah berhenti.
"Sejak kecil Salah punya cita-cita jadi orang kaya, supaya dia bisa membantu orang lain," ucap Dr Alaa Al-Ghamrawi, warga lokal Nagrig, dikutip dari koran Inggris The Sun.
Salah saat ini tak masuk daftar pemain dengan gaji tertinggi di Premier League. Tapi dengan bayaran sekitar Rp 7 miliar sebulan, Salah sudah berbuat sangat banyak buat kotanya.
Masih dikutip dari TheSun, Salah membiayai pembelian ambulance pertama di kotanya. Itu kemudian disusul dengan kedatangan seperangkat perlengkapan medis mahal. Setiap hari orang-orang Nagrig merasakan bantuan Salah lewat fasilitas-fasilitas tersebut.
Beberapa keluarga yang sangat kekurangan juga dapat bantuan langsung dari Salah. Setidaknya setiap bulan Salah mengeluarkan 3.500 poundsterling (sekitar Rp 68 juta) untuk membantu keluarga-keluarga tersebut.
Di kampung halamannya Salah punya julukan baru: 'Si Pembuat Kebahagiaan'
Kontribusi lain Salah untuk Nagrig adalah ikut serta membangun pusat kepemudaan, sekolah khusus perempuan, dan pusat kesehatan. Tak lama setelah bergabung dengan Liverpool, pesepakbola 25 tahun itu mendonasikan 210.000 poundsterling untuk Tahya Masr, sebuah pendanaan untuk membantu krisis ekonomi yang melanda negara tersebut.
"Meski dengan popularitasnya, Salah tak pernah melupakan kampung halamannya. Dia menyediakan banyak bantuan. Yang pertama adalah kedai-kedai makanan yang dikelola oleh kota, juga unit ambulance pertama yang kami miliki," ucap Maher Shatiyah, walikota Nagrig yang juga anggota dewan Mohamed Salah Charity Foundation.
Salah mendirikan Mohamed Salah Charity Foundation untuk memmastikan upayanya membantu warga sekitar dapat hasil maksimal dan tepat sasaran.
Daftar kedermawanan Salah masih sangat panjang. Dia juga merenovasi fasilitas olahraga di mantan sekolahnya, dan melengkapi peralatan gym di sana.
"Kami sangat bangga dengan dia. Meski sibuk di luar negeri, dia meminta ayahnya membantu siapapun yang membutuhkan. Dia datang dari sesuatu yang baik , keluarga yang sederhana, dan di sana dia belajar untuk bersikap baik pada orang lain," tutur Adel al-Abbas, warga lokal lainnya.
Seperti banyak muslim di seluruh dunia, Salah kerap pulang kampung saat Ramadhan. Itu jadi kesempatan dia bertemu dengan warga sekitar dan berbagi berkah dengan kaum tak mampu.
Selayaknya legenda yang namanya masyur diucapkan dari mulut ke mulut, ada banyak kisah kebaikan Salah di Nagrig.
Konon keluarga Salah malah membantu orang yang pernah merampok rumahnya, selain itu Salah juga menolak bonus yang dijanjikan setelah dia mengantar Mesir lolos ke Piala Dunia 2018. Dia malah meminta uang itu disalurkan ke Kota Nagrig untuk membeli perlengkapan medis.
"Ayah Salah selalu bilang, apa yang dia (Salah) lakukan sebenarnya hanya menunjukkan rasa syukurnya," kata warga lokal yang lain bernama Mohamed Metwali. (The Sun/Detikcom)