[PORTAL-ISLAM.ID] Ekonom senior juga bakal calon presiden, Rizal Ramli, menyindir kampanye politik yang memakai cara bagi-bagi uang (money politic) kepada masyarakat.
Rizal mengatakan, salah satu penyebab politikus melakukan money politic adalah mazhab neoliberalisme yang merusak kemandirian Indonesia.
Dia mengambil contoh tiap masa kampanye Pilpres di mana semua calon presiden pasti menjanjikan kebijakan pro rakyat. Nyatanya, setelah terpilih, mereka kembali ke model ekonomi neoliberalisme yang telah dianut Indonesia sejak Orde Baru.
"Setiap kampanye pasti program pro rakyat dan kepentingan nasional yang dijanjikan, tapi setelah berkuasa neolib lagi kebijakannya," kata Rizal kepada wartawan di kediaman pribadinya, Jalan Bangka IX nomor 49, Jakarta Selatan, Senin 23 April 2018.
Kata Rizal, kenyataan seperti yang diungkapkannya itu bukan cuma terjadi pada era Joko Widodo, tetapi juga di pemerintahan sebelumnya.
"Setelah jadi (presiden), urusannya dengan rakyat terputus, kemudian rakyat tidak lagi cinta. Akhirnya dilanjutkan dengan kampanye yang aneh-aneh dan bagi-bagi uang," singgung Rizal.
Ia terangkan, sistem ekonomi neoliberalisme pasti berdampak pada sistem perpolitikan nasional. Mantan Menko Kemaritiman ini yakin neoliberalisme tidak akan melahirkan kebijakan pemerintah yang berpihak pada rakyat banyak.
Ia menyayangkan para elite politik tidak pernah belajar dari kesalahan yang sama. Ditegaskan Rizal, siapapun pemimpin Indonesia di masa depan harus berdiri di atas rel konstitusi, terutama dalam urusan ekonomi.
"Kalau dia berada di rel konstitusi, sudah pasti akan dicintai rakyatnya. Jadi enggak usah kampanye yang aneh-aneh," tegasnya.