[PORTAL-ISLAM.ID] Usai pertemuan tertutup dengan sejumlah ulama asal Jawa Barat yang dipimpin KH Rachmat Syafe'i, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Selasa, 3 April 2018, Jokowi menyampaikan beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Beberapa hal di antaranya adalah seputar bank wakaf mikro hingga soal kondisi ekonomi umat. Selain itu, Jokowi mengungkap pula dirinya juga membuka diri menerima masukan dan saran dari para kiai, misal, perihal sarana dan prasarana di pesantren.
"Mengenai lingkungan pondok pesantren yang masih membutuhkan, misalnya rusun, perbaikan tempat wudu, kemudian jalan di lingkungan pesantren," katanya.
Jokowi juga mempersilakan para ulama dari daerah lain untuk berkunjung ke Istana. Tidak ada menjadi masalah kalau memang para ulama dari daerah lain hendak bersilaturahim dengannya.
"Karena masukan-masukan yang disampaikan oleh para ulama ini betul-betul sebuah masukan yang memang itu masalah di rakyat, masalah di umat, masalah yang ada di bawah. Karena beliau-beliau ini tiap hari ada di bawah, beliau-beliau yang mendengar keluhan-keluhan," ujarnya.
Pemerintah, kata Jokowi, tentu akan mengakomodasi masukan dan saran itu untuk diformulasikan dalam bentuk kebijakan-kebijakan negara.
Bagi Jokowi, ulama dan pemimpin atau umara adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, harus bersatu dan bersinergi.
"Yang paling penting apabila ulama dan umara ini berjalan beriringan, insya Allah negara ini aman, tenteram, amin. Itu saja," kata Jokowi.
Sumber: VIVA
------
Pernyataan Jokowi ini ditanggapi cemoohan warganet. Pasalnya, masih terekam dengan jelas saat Jokowi secara terang-terangan memutuskan untuk tidak menemui perwakilan Aksi Bela Islam 411 (4 November 2016).
Tak hanya itu, warganet juga mengingat hujan gas air mata yang membombardir massa aksi di depan Istana Negara yang telah menewaskan seorang syuhada, Syachrie Oemar Yunan.
Berikut kicauan warganet.
Kami belum lupa ingatan... saat Aksi Bela Islam 411 ribuan Umat Islam dibombardir gas air mata di depan istana... ada seorang kakek akhirnya meninggal... syahid insya Allah...— Mas Piyu (@maspiyuuu) April 3, 2018
Ya, kami takkan lupa peristiwa itu. https://t.co/OO0ODePQJo
Dulu disemprot gas air mata, kok sekarang jadi menjilat? Apa karena Pemilu sudah dekat? #2019GantiPresiden #411TakkanLupa— D H I S 。 (@pyloxtophias___) April 3, 2018
Tanda2 pemilu sdh dekat: merangkul ulama dan umat islam, berpenampilan islami, membaca sholawat di awal pidato, mengunjungi pesantren2.......basi brooo— edunkoplak is joke (@agung_ismaya) April 3, 2018
Nabi Muhammad pernah bersabda:— A(L)di (@Aldi93fazri) April 3, 2018
“ Seburuk-buruk ulama adalah ulama yang mengunjungi penguasa, dan sebaik-baik penguasa adalah penguasa yang mengunjungi ulama.
Begitu lekat dalam ingatan umat peristiwa seusai aksi 411 itu. Hujan gas air mata tak hanya mengenai umat peserta aksi. Para ulama bahkan pasukan TNI yang menjaga aksi pun turut menjadi korban. Hingga malam hari pun, saat suasana sudah ricuh, tak sekali pun Jokowi mau menemui ulama dari GNPF MUI.cie mau pilpres baru deh buka pintu, habis pilpres di kriminalisasi lagi hehe— humairotudiniyah (@tuit_tuitt) April 3, 2018
Hermalina, istri Syachrie Oemar Yunan, yang menjado korban serangan gas air mata tersebut, menegaskan suaminya tidak memiliki riwayat penyakit asma. Pernyataan ini membantah keterangan polisi bahwa almarhum meninggal saat Aksi Bela Islam 411 karena penyakit asma.
“Gak ada riwayat sakit asma. (Kalau memang ada asma, red) gak mungkin diizinin,” ujar Hermalina, 5 November 2018 di Komplek Binong Permai, Curug, Tangerang.
Mengingat seluruh kebrutalan itu, belum lagi ditambah kriminalisasi terhadap para ulama, dan serangan fisik ke para pemimpin agama, bagaimana umat hisa percaya Jokowi mengatakan membuka diri terhadap ulama?
Berikut video saat gas air mata membanjiri
para peserta aksi 411.
.