[PORTAL-ISLAM.ID] Dalam dunia protokoler, sudah biasa, presiden ketemu presiden, menteri ketemu menteri. Pakem protokoler ini sangat ketat, karena pejabat adalah simbol negara. Para Diplomat sangat dihormati dalam hubungan Luar Negeri.
Namun jika Presiden sebuah Negara besar, mau menemui Gubernur dari ya negara yang sedang - sedang. Berarti ada sesuatunya, hehe..
Erdogan adalah politikus sekaligus aktivis. Hidupnya dan hidup keluarganya ia baktikan untuk Turki, negaranya. Pada saat Turki dalam cengkeraman sekuler, Erdogan tidak serta merta berjuang diluar sistem negaranya. Meskipun ia memiliki ideologi berbeda dengan negaranya, meskipun ia harus bolak-balik penjara, meskipun ia harus menyekolahkan anak-anak perempuannya diluar negeri karena larangan jilbab di sekolah Turki.
Erdogan berjuang di didalam negaranya. Ia masuki sistem untuk kemudian memperbaiki. Dua kali Erdogan coba dikudeta, oleh pihak musuh yang bersemayam di dinas-dinas pemerintahan dan kepolisian, dan militer. Turki menghadapi masa transisi yang pelik, tapi apa? Erdogan melaluinya dengan baik.
Artinya Erdogan adalah pemimpin dunia yang penuh kematangan kalkulasi politik, dalam artian yang positif.
Dalam ranah hubungan internasional. Harus diakui Erdogan lah satu-satunya presiden yang berani menghardik PM Israel Netanyahu di Forum Internasional, Erdogan lah yang berani perintahkan tembak pesawat Rusia, dan Erdoganlah presiden yang berani masuki kawasan red zone masjidil Aqsa, bersama istrinya. Dan Israel dan Rusia diam tak berkutik!
Gerak Erdogan dan visinya tentu jadi sorotan Dunia, peta Uni Eropa dan Asia tentu berubah. Jika Tel Aviv sudah berhitung menundukkan Afrika lewat Mesir, menundukkan Timteng lewat Uni Emirat. Selat Bosphorus yang berada dikawasan Turki adalah Jembatan Eropa terhadap Asia. Dan Tel Aviv belum bisa tundukan itu, kalkulasi ngajak perang terbuka Turki - Israel adalah langkah konyol, karena akan menyeret perang dunia terlalu dini di 'halaman rumah' mereka sendiri, kalau kalah perang, mau hijrah kemana lagi yahudi-yahudi di Israel?
Kini kita lihat momen bagaimana Erdogan sengaja menemui Anies Baswedan gubernur Indonesia, eh.. Jakarta. Saya pikir ini bukan pertemuan biasa, Erdogan sudah mempelajari Anies Baswedan, dan dalam sikap pandangan politiknya, Erdogan tentu memahami Anies dengan detail. Sehingga ia memberi kehormatan tertinggi kepada Gubernur Negara berkembang, untuk shalat jumat bersamanya, dan mengaji bersamanya, dan mencium peninggalan Rasulullah yang tertinggal di Turki, yakni janggutnya Rasulullah SAW. Erdogan sedang menyambut Tamu seperti ia melayani Tamu dirumahnya.
Sebenarnya, dalam makna politik. Ini pesan Erdogan bagi Indonesia, bagi Jakarta.
"Bahwa gubernur elo gue terima dengan baik, gue layanin kayak tamu gue pribadi. Jadi akhina Anies Baswedan adalah saudara ane, sebagaimana Indonesia adalah Saudara ane. Besok-besok kalau mau pilih Presiden, pilih Presiden yang Anies Baswedan ridho, ikutin die, ikutin temen-temennye. Biar Israel sementara gue yang hadepin, lu urus pilpres dan pemilu yang bener. Kalo udah, biar nanti ane undang lagi Presiden pilihan terbaik umat Islam. Biar kita sama-sama rasain, minum kopi Turki, sambil liatin negara Israel dan Uni Eropa sujud-sujud depan kita, minta bantuan kita, negara-negara Islam yang kaya dan berdaya, aamiin..."
Selekas tersirat, tanah tempat berpijak dua anak manusia ini mungkin berbeda, tapi mimpi mereka sama. Semoga, mimpi tentang negeri yang baldatun thayyibatun warrabun ghafurr.. aamiin
Muhammad Ilham
Batangtoru, 21 April 2018