[PORTAL-ISLAM.ID] Hingga memasuki bulan kedua Kampanye Pilkada Jawa Tengah ternyata masih ada beberapa PR besar Jawa Tengah yang harus diperhatikan dan dibenahi.
Kemiskinan di Wilayah Jateng Timur masih tinggi
Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora, contohnya, memiliki angka kemiskinan yang melebihi angka kemiskinan Jawa Tengah secara nasional.
Rembang tercatat 18,35 %, sedangkan Blora mencapai 13,04 %. Sementara di Pati, Kudus dan Jepara, angkanya di bawah kemiskinan Jawa Tengah.
Sementara di Jawa Tengah sendiri banyak warga yang bekerja, akan tetapi tingkat kesejahteraannnya masih di bawah garis kemiskinan. Itu artinya masih rendah dalam pendapatan per bulannya.
Banjir dan rob
PR Besar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Banjir dan rob di sepanjang pantura Jawa Tengah dan daerah-daerah lain masih terus memberikan sinyal ancaman. Mulai dari Brebes yang menghancurkan harapan para petani, hingga banjir di Genuk Semarang dan Sayung Demak yang sampai tiga minggu tak juga surut.
Indeks Rasio Gini belum mencapai target
Pada tahun 2017 sempat naik menjadi 0,365 walau tahun sebelumnya mengalami penurunan 0,357. Namun target RPJMPD 2013-2018, rasio gini Jateng ditetapkan sebesar 0,337.
Masalah UMR
Diungkapkan oleh Sekjen Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Muhamad Rusdi, upah minimum bagi buruh di Jawa Tengah (Jateng) adalah terendah di Indonesia bahkan paling rendah sedunia.
Sementara itu dari hasil LKPJ Akhir Masa Jabatan Ganjar-Heru Angka Kemiskinan Turun Tapi Tak Lampaui Target.
Ada dua indikator kinerja yang memiliki rapor merah karena gagal tercapai.
Yang pertama yakni indikator kinerja dari aspek kesejahteraan masyarakat. Realisasi capaian pertumbuhan ekonomi 2013-2017 hanya sebesar 5,27 % dari target 5,9-6,2 %.
Yang kedua yakni capaian penurunan angka kemiskinan yang masih pada angka 12,23 % dari target 10,4-9,93 %.
Dari Indikator Aspek Pelayanan Umum ada enam (6) indikator gagal tercapai dari total 108 indikator.
Sedangkan sebanyak 68 indikator (62,96 %) telah mencapai target, 34 indikator (31,48 %)
Ke 6 Indikator yang gagal tercapai antara lain kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDRB, Produksi Kedelai dan Tebu serta kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB, persentase cakupan Sarana Kepemudaan dan Olahraga Jatidiri, dan persentase penggunaan Hak Pilih dalam pilpres.
Dari penjabaran di atas bisa disimpulkan Jawa Tengah butuh pemulihan dan perubahan besar. Jateng butuh figur pemimpin daerah yang punya integritas tinggi dan track record bagus, bersih dari indikasi tindak korupsi.
Jateng harus memiliki pemimpin yang punya kepekaan terhadap keluhan dan kesulitan orang. Bukan hanya sekedar pemimpin milenial jaman now. Karena dari semua kegagalan di atas, masalah kesenjangan ekonomi yang harus pertama kali dibenahi.
Warga butuh wujud nyata bukan hanya sekedar teori dan wacana. Praktik yang gagal sudah pasti meninggalkan kekecewaan dan ketidakpercayaan bagi warganya.
Penulis: Hanuka