[PORTAL-ISLAM.ID] Salah seorang tenaga pengajar atau dosen di perguruan tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi di nonaktifkan pihak kampus karena bercadar atau berniqab.
Saat di konfirmasi dosen yang bersangkutan, Hayati Syafri, mengatakan, bahwa ia telah di nonaktifkan dari kampus sejak awal Februari 2018.
"Alasan saya di nonaktifkan dari pihak kampus karena saya memutuskan untuk berniqab atau memakai cadar," ucapnya, Senin (12/3/2018).
Hayati Syafri menjelaskan bahwa ia telah memilih dan memutuskan untuk memakai cadar karena keputusan diri sendiri karena menurutnya di dalam islam, baik itu sunnah rasul tidak ada larangan memakai cadar.
"Namun sepertinya pihak kampus merasa keberatan dengan keputusan saya selama saya masih mengajar dan melakukan kegiatan akademik di kampus, karena itu melanggar disiplin berpakaian," jelasnya.
Ia menambahkan surat penonaktifannya sejak awal Februari lalu untuk tidak mengajar hanya disampaikan saja tanpa memberikan surat karena menurut pihak kampus tidak tau mau kemana surat di berikan.
Diketahui Hayati Syafri merupakan dosen IAIN yang telah mengajar sejak tahun 2007 yang berstatus PNS.
"Ini merupakan hukuman yang paling berat bagi saya, saya merasa terzalimi, padahal saya hanya menjalankan sunnah islam dan tidak ada dalil yang melarang," ucapnya.
Dikonfirmasi perihal itu, Kepala Biro IAIN Bukittinggi Syahrul Wirda menyebutkan, jika pihak kampus tidak melarang seperti informasi yang sudah beredar di tengah masyarakat. Hanya saja, pihak kampus dalam hal ini, meminta yang bersangkutan untuk menaati kode etik, karena ada pihak internal kampus yang tidak merasa nyaman.
"Dia kan guru Bahasa Inggris. Dia mengajar anak-anak kan, speaking perlu. Ada beberapa yang diajar tidak nyaman. Kita kan perlu identitas. Makanya kalau di kampus, kami minta tolong kode etik kampus dipatuhi. Sampai hari ini dia belum mau," kata Syahrul Wirda, Senin, 12 Maret 2018.
Syahrul Wirda menegaskan, bahwa pihak IAIN sama sekali tidak melarang, namun mengimbau kepada seluruh dosen dan mahasiswa untuk tidak bercadar. Hal ini semata-mata untuk ketentuan pedagogis.
"Kan enggak seluruhnya mahasiswa ingin diajar oleh yang bercadar. Yang kami minta pakaian Muslim dan yang biasa. Saat ini kami minta dia, tolonglah patuhi. Sampai hari ini kalau belum juga, enggak usahlah dulu mengajar," ujarnya.
Sumber: VIVAnews, Covesia