UJIAN NAMA
Oleh: Ustadz Komiruddin Imron
(Ketua DSW Lampung)
Nama atau gelar bukanlah sekedar nama dan gelar. Nama adalah cita-cita dan doa. Apa yang dikatakan orang dengan "apalah arti sebuah nama" tidaklah benar.
Sebab nama akan memberikan pengaruh kepada apa yang diberi nama.
Pepata arab mengatakan
لِكُلِّ مُسَمَّى مِنْ اِسْمِهِ نَصِيْبٌ
“Setiap orang akan mendapatkan pengaruh dari nama yang diberikan padanya.”
Saking pentingnya pemberian nama, Rasulullah saw memasukannya dalam rangkaian sunah-sunah aqiqah. Dari Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى
“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya, dicukur rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12.
Tapi kadang seseorang diuji dari apa yang ia lekatkan pada dirinya seperti nama dan gelar tadi.
Seseorang yang bernama Abdullah (hamba Allah) biasanya akan diuji Allah dengan sejauh mana ketaatannya kepada Allah di tengah kemaksiatan yang mengelilinginya.
Seorang yang bergelar abul yatama (bapak anak yatim) biasanya diuji Allah dengan banyaknya anak yatim yang harus diurus dan kekurangan sarana dan pra sarana.
Atau sebaliknya, anak-anak yatim itu mendatangkan pundi-pundi uang sehingga ia diuji apakah dapat mengelola uang tersebut sesuai dengan tuntunan agama atau sebaliknya.
Seseorang yang menyematkan pada dirinya sebagai "Relawan Kemanusian" biasanya diuji dengan melimpahnya sumbangan dari para dermawan yang harus disalurkan kepada yang berhak. Dia diuji, apakah ia betul-betul relawan atau hal itu sebagai tameng dari niat sebagai mata pencahariannya.
Ketika ia menyematkan nama "Persaudaraan Muslimin" ia akan diuji dengan nama tersebut, apakah nilai-nilai "persaudaraan" betul-betul terwujud atau hanya slogan semata.
Ketika disematkan kata-kata "adil" ia akan diuji tentang apakah nilai-nilai keadilan dan perlawanan terhadap kezaliman tertegakkan atau hanya sebatas nama.
Begitulah seterusnya....
Jadi, carilah nama dan gelar yang bagus, lalu dekatkan sikap kita dengan nilai-nilai yang terkandung dari nama dan gelar itu.
(Natar, 13 Maret 2018)