[PORTAL-ISLAM.ID] Komentar Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto dalam berita berjudul Timses Ganjar Pranowo Penasaran dengan Strategi Sudirman Said yang dirilis berbagai media termasuk Tempo, mengundang berbagai reaksi publik.
Bambang Wuryanto berkomentar, Timses Pak Dirman "ecek-ecek". Tak hanya itu, Bambang pun lalu membandingkan dengan elektabilitas Ganjar yang tinggi. Hal ini sangat aneh. Kalau memang sudah tinggi dan dianggap bagus, lalu mengapa tim sukses Ganjar masih kepo?
Dari kekepoan timses Ganjar, nampak ada kegamangan dan kekhawatiran. Kalau Ganjar memang bakal menang, mengapa masih khawatir?
Seperti kurang PeDe..
Soal tingginya Elektabilitas, bukan rahasia umum jika ada survey berbayar yang menghasilkan elektabilitas tinggi untuk seorang tokoh "pemesannya".
Tingginya elektabilitas Ganjar justru bisa jadi karena santernya kabar kasus E-KTP yang meledug di mana-mana. Mendadak nama Ganjar menjadi viral dan jadi pembahasan di sejumlah sosial media.
Tapi sayang, viralnya cenderung ke arah negatif. Artinya posisi dan hasil kurang bagus. Belum lagi dengan isu Kartu Tani dan warga yang terancam kehilangan hak suara. Fakta-fakta itu bertebaran dan memenuhi kolom komentar di berbagai jejaring sosial.
Kalau untuk popularitas, warga Jateng memang sudah lebih dulu mengenal nama pak Ganjar dibanding pak Dirman. Hal tersebut wajar saja mengingat sebagai petahana, Ganjar yang memang bertugas melayani warga Jawa Tengah pasti lebih dikenal warga. Sedangkan pak Dirman belum pernah bertugas dan berkiprah di Jateng.
Namun, melihat hasil polling harian dan mingguan serta hasil debat di stasiun TV, justru elektabilitas Pak Dirman hasilnya rata-rata di atas Ganjar.
Perlahan tapi pasti, Pak Dirman yang memang asli Brebes, mulai dikenal warga Jateng.
Terlepas dari semua kekepoan Ganjar dan soal elektabilitasnya, Pak Dirman lebih memilih tetap fokus mengenalkan agenda kerjanya bersama Ibu Ida. Mereka berdua fokus memberikan pemahaman dan pencerahan kepada warga. Hasilnya diukur dan dipantau dari blusukan Pak Dirman ke pasar-pasar tradisional. Alhasil, mereka yang tadinya hanya mengenal Pak Dirman melalui media, kini bisa bersentuhan langsung dan mengenal lebih dekat calon gubernur mereka yang baru.
Warga kini sudah mulai cerdas dan mampu melihat kondisi Jateng yang pada kurun waktu 5 tahun terakhir masuk dalam daftar kemiskinan nomer 2 nasional. Belum lagi kompleksitas Kartu Tani, persoalan pendidikan dan masalah banjir di berbagai wilayah yang dikategorikan sebagai bencana berskala nasional.
Warga Jateng menginginkan perubahan nyata. Mereka ingin Gubernur Baru yang mampu membawa Jateng menjadi lebih baik.
Hal ini tercermin dari semakin populernya Pak Dirman di berbagai polling dan survey. Popularitas itu diiringi dengan terus meningkatnya angka elektabilitas yang signifikan.
Peningkatan inilah yang akhirnya membuat tim sukses Ganjar panik dan berusaha mendowngrade prestasi dan elektabilitas Pak Dirman.
Penulis: Hanuka Dewi