[PORTAL-ISLAM.ID] Ganjar ngaku baik hati. Nggak suka protokoler. Penyayang. Gampang diajak ngobrol dan bisa diajak bicara apa pun.
Top of mind masyarakat beda lagi. Bagi anak-anak milenial, Ganjar identik dengan tukang marah, molornya stadion Jatidiri, nggak sanggup handle banjir rob dan ubanan.
Paslon Ganjar-Yassin hanya menyatakan meneruskan program petahana. Jadi, proyek Kartu Tani dan Full Day School yang diusung Ganjar-Heru dipastikan akan terus jalan.
Sebaliknya, Sudirman-Ida berprinsip meneruskan yang baik dan memperbaiki yang belum baik.
Menurut Sudirman Said, ruang perbaikan masih lebar. Kemiskinan, lapangan kerja dan akses kesehatan masih gagal dibenahi Ganjar.
Nggak seperti Sudirman-Ida, Chemistry Ganjar-Yassin tidak solid. Ganjar sempat mengoreksi Gus Yasin seputar pemukiman warga Kendeng. Di sisi lain, Sudirman Said tampak memberikan ruang bicara yang sepadan.
Ganjar-Yassin 2x menyebut nama Mbah Kyai Maimun Zubair. Seolah hendak mengkapitalisasi nama besar beliau. Tampaknya, mereka belum sadar. Warga NU tetap menghormati Kyai Maimun tapi tetap pilih Sudirman-Ida.
Semakin keliatan, Yassin belum sekelas Ida Fauziyah. Sering luput dari kesadaran, Ida Fauziyah adalah legislator senior. Empat kali dia terpilih jadi anggota DPR-RI. Istimewanya, selama 20 tahun itu, dia ngga pernah terlibat skandal korupsi.
Nggak seperti beberapa anggota dewan lain, baru 1 periode langsung ikut korupsi berjam'ah di skandal mega korupsi e-ktp.
Masalah polemik pabrik semen, Ganjar ngeles lagi. Dia ingatkan publik bahwa masalah itu sudah muncul sebelum eranya. Jadi bukan salah dia.
Tapi nyatanya, dia gagal selesaikan polemik ini. Selama lima tahun, tiada solusi. Saat ditanya Rosi soal aksi ngecor kaki dan tewasnya Mbak Patmi, Ganjar menjawab itu resiko yang harus diterima.
Karena Ganjar nggak sanggup handle, Jakarta mengambil alih masalah KLHS. Pabrik Semen sementara difreezed.
Penulis: Zeng Wei Jian