[PORTAL-ISLAM.ID] GEMA Takbir mengumandangkan kebesaran Allah di nusantara ternyata meluas, bahkan hingga ke Papua. Lautan luas, diterabas, ombak diterjang oleh Muslim untuk menyiarkan Islam ke penjuru nusantara. Di bumi Papua, kita dapat merasakan kehadiran dakwah Islam, bahkan sejak lima ratus tahun yang lalu.
[Video Gema Takbir dari Bumi Papua - Ustadz Fadlan Garamatan]
Gema Takbir dari Papua pic.twitter.com/pit21f9a8W— ronin (@roninkhalid) 19 Maret 2018
Papua sendiri telah dikenal sejak lama. Pada masa Kerajaan Sriwijaya, Papua disebut Janggi. Pelaut Portugis yang pernah singgah di Papua tahun 1526-1527 menyebutnya ‘Papua.’ Namun ada pula yang menyebutnya Isla de Oro (Island of Gold). Kemiripan fisik orang Papua dengan orang Afrika membuat pelaut Spanyol menyebutnya ‘Nieuw Guinea’, merujuk pada wilayah Guinea di Afrika Barat.
Syiar Islam di Bumi Papua terjadi terutama terkonsentrasi di wilayah Papua Barat, mulai dari Raja Ampat hingga Fakfak. Ada beberapa versi mengenai masuknya Islam di Papua.
Pendapat yang tampaknya lebih kuat mengenai masuknya Islam di Papua adalah datangnya Islam di Papua melalui Kesultanan Bacan (Maluku). Di Maluku terdapat empat Kesultanan Islam, yaitu, Bacan, Jailolo, Ternate dan Tidore (Moloku Kie Raha atau Mamlakatul Mulukiyah). J.T. Collins, menyebutkan, berdasarkan kajian linguistik, Kesultanan Bacan adalah Kesultanan tertua di Maluku. Syiar Islam oleh Kesultanan Bacan disebarkan di wilayah Raja Ampat.
Kemungkinan Kesultanan Bacan menyebarkan Islam di Papua sekitar pertengahan abad ke 15 dan kemudian abad ke 16, terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil di Kepulauan Raja Ampat, setelah para pemimpin-pemimpin Papua di Kepulauan tersebut mengunjungi Kesultanan Bacan tahun 1596.
Pendapat ini didukung pula oleh catatan sejarah Kesultanan Tidore ‘Museum Memorial Kesultanan Tidore Sinyine Malige’, yang menyebutkan Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X) melakukan ekspedisi ke Papua dengan satu armada kora-kora. Ekspedisi ini menyusuri Pulau Waieo, Batanta, Salawati, Misool di Kepulauan Raja Ampat. Di wilayah Misool, Sultan Ibnu Mansur yang sering disebut Sultan Papua I, mengangkat Kaicil Patra War, putra Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi. Kacili Patra War kemudian dinikahkan dengan putri Sultan Ibnu Mansur, yaitu Boki Thayyibah. Dari penikahan inilah Kesultanan Tidore memperluas pengaruhnya hingga ke Raja Ampat bahkan hingga Biak.
Saat ini da'i dan ulama asli Papua yang sangat gigih dan terkenal adalah Ustadz Fadlan Garamatan.
Nama lengkapnya M Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan. Asli Irian (Papua), berkulit gelap, berjenggot kemana-mana memilih membalut tubuhnya dengan jubah.
Lahir dari keluarga Muslim, 17 Mei 1969 di Patipi, Fak-fak, sejak kecil dia sudah belajar Islam. Ayahnya adalah guru SD, juga guru mengaji di kampungnya.
Pengetahuan ilmu agamanya kian dalam ketika kuliah dan aktif di berbagai organisasi keagamaan di Makassar dan Jawa. Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini akhirnya memilih jalan dakwah. Dia mendirikan Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara. Melalui lembaga sosial dan pembinaan sumber daya manusia ini, Ustadz Fadlan begitu ia kerap disapa mengenalkan Islam kepada masyarakat Irian sampai ke pelosok. Dia pun mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada, mencarikan kesempatan anak-anak setempat mengenyam pendidikan di luar Irian.