[PORTAL-ISLAM.ID] Pimpinan DPW dan sejumlah pimpinan DPD PKS Se-NTB melaporkan Fahri Hamzah ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kejahatan Siber Polda NTB, Rabu (14/3/2018). Fahri juga ditantang Mubahalah oleh salah seorang kader muda PKS bernama Pipin.
Berikut tanggapan Fahri Hamzah yang ditulis diatas pesawat dalam penerbangan Jakarta-Gorontalo hari ini, Kamis (15/3/2018):
"Ini tulisan kecil Tentang Saya, kader PKS NTB dan cara kita melihat perjalanan kita yang singkat dalam pergerakan ini. Mungkin ini ada manfaatnya bagi kader-kader muda semacam Pipin dan kawan-kawan. Saya tulis diatas pesawat penerbangan Jakarta-Gorontalo.
Saya lahir di Sumbawa, 10 November 1971. Dalam darah saya mengalir banyak suku bangsa; Bali, Sasak, Mandar, Arab, dll yang entah dalam komposisi yang belum pernah saya ukur. Tak ada yang bisa murni pada manusia kecuali Iman.
Saya menempuh semua pendidikan dasar dan menengah di Sumbawa, berkuliah di Lombok dan Jakarta. Lalu memulai hidup di Jakarta sejak 1992 ketika kuliah di Universitas Indonesia. Keluarga dan sahabat serta kerabat menyebar di semua kota.
Lulus FEUI dan diwisuda sebagai sarjana tahun 1996. Melanjutkan S2 di UI tahun 1997 dan tidak selesai oleh kegiatan demonstrasi (era Reformasi menumbangkan Orba -red) dan setelah orde berganti 1998, ikut mendirikan Partai Keadilan (PK) maka saya ikut pemilu 1999. PK dapat hanya 1,4% suara.
Saya baru masuk DPR tahun 2004, pemilu ke-2 di alam reformasi dan demokrasi, sampai sekarang. NTB adalah daerah pemilihan saya sampai sekarang. NTB tempat saya lahir, melalui hampir seluruh jejak sebagai putra daerah. ALHAMDULILLAH hampir tanpa cacat sedikitpun.
Tidak bermaksud berlebihan, tapi jejak saya di NTB tidak saja dikenal sebagai anak, kemanak, kerabat dan handetaulan. Tapi sebagai wakil daerah yang dapat dibanggakan. Politisi nasional yang menyambung suara masyarakat secara keseluruhan.
Gema itu kuat sekali, saya tidak bermaksud menonjolkan tetapi hasil pemilu 1999, 2014, 2009, 2014 menujukkan grafik menaik dan terus mendaki pertanda rakyat memberikan dukungan.
Dalam pemilu terakhir, 2014 justru saat yang mendebarkan. Pemilu berlangsung dalam keadaan PKS dalam ujian. Pimpinan partai ditangkap KPK dengan tuduhan korupsi yang memalukan. Kepala kader tertunduk pilu.
Tapi, NTB menyumbang kebanggaan karena PKS meski secara nasional mengalami penurunan kursi tetapi justru suara mendapat tambahan sekitar 300 ribuan dan 1/3 berasal dari NTB. Kebanggaan ini disampaikan almarhum sekjen PKS Taufik Ridho dan berjanji memberikan hadiah kepada PKS NTB.
Sayang sekali, beliau pergi sebelum hadiah diberikan malah saya diberhentikan. Sudah banyak Sy tulis tentang pemecatan saya yg sdh 2 kali dimenangkan pengadilan: Silahkan baca: http://www.bersamafh.com untuk pendalaman.
Tapi yang menarik, sebelum saya diberhentikan, DPP PKS mengirim utusan ke Dapil NTB dan menanyakan satu persatu kesalahan saya selama menjadi kader dan anggota DPR yang bisa dijadikan dasar pemecatan. Tidak ketemu. ALHAMDULILLAH.
Sekarang, MSI dan kawan2-nya menggunakan struktur dan kader PKS NTB untuk kembali mencari kesalahan saya tapi tidak ditemukan. Saya mendapat banyak sekali respon dan tumpahan perasaan. Mereka menangis dalam kesedihan.
Kader dipaksa melaporkan saya hanya untuk menunjukkan seolah hubungan saya dengan masyarakat dan kader jelek dan reputasi saya di NTB buruk. Padahal, masya Allah, saya menjaga nama di hadapan masyarakat dan pimpinan NTB secara teliti.
Saya tidak pernah punya masalah dengan Dapil saya; mulai masyarakat biasa dengan segala keluhannya, sampai kepala desa, lurah, camat, bupati dan seterusnya. Semua amanah Dapil ditunaikan dan saya tidak pernah berhutang, korupsi, atau tindakan yang memalukan Dapil saya.
Semua hak kader juga telah saya berikan, semua hak struktur telah saya sampaikan. Semua amanah jabatan telah saya laksanakan. Tidak ada celah untuk dipersoalkan. Kader PKS pasti mengetahui itu. Saya terbuka dengan masukan dan kritik bahkan caci maki.
Maka, kepada kader NTB saya hanya titip salam dan doa serta harapan agar bersabar. Bertahanlah, insya Allah saat terang akan tiba. Gelap tak selamanya, waktu berganti. Kehidupan memang memiliki watak demikian. Bersabarlah.
Waktu, kata imam Hasan Al Banna adalah obat. “waktu adalah bagian dari obat, kewajiban jauh lebih banyak dari waktu yang ada, bantulah saudaramu dalam mengelola waktu”... kita bersatu saling mengingatkan karena waktu kita terbatas.
Dalam satuan waktu itulah saya telah mengambil sikap. Saya ingin diri saya sebagai kader dan kader PKS secara keseluruhan memasang Mizan dalam dirinya untuk menimbang prinsip keadilan. Sebab keadilan itu harus dibangun Mahkamahnya dalam diri kita sebelum ia tegak di dunia nyata.
Kezaliman itu musuh abadi kita dilakukan oleh siapapun. Dan panduannya adalah Nabi SAW yang bersabda; “...tolonglah saudaramu yang zalim atau yang menzalimi..” inilah misi peradaban kita.
Wallahualam.
Di atas penerbangan Jakarta - Gorontalo
Kamis, 15 Maret 2018
(FAHRI HAMZAH)
*Sumber: Twitter @Fahrihamzah