1. Kita lanjutkan tulisan tentang #BiografiPKS, sebuah percakapan dengan @anismatta yang saya rangkum dalam beberapa seri tulisan. Bagian 1 telah saya tulis sebagai Latar dan bagian 2 ini tentang #ArahBaruIndonesia.
(Baca: BAGIAN PERTAMA: Anis Matta, Seorang Pemikir dan Aktifis Pergerakan)
2. Secara umum, Indonesia memang mengalami stagnasi. Pada awalnya adalah kematian ide. Ide yang kita miliki 20 tahun lalu cukup untuk meletakkan dasar bagi sebuah perubahan besar. Reformasi adalah pintu masuk bagi sebuah negara yang demokratis. @anismatta #ABI2019
3. Lalu, transisi itu begitu cepat. Hanya dalam 1 tahun 7 bulan presiden RI Prof. BJ Habibie tidak saja menyelamatkan perekonomian yang sedang dilanda krisis tetapi juga meletakkan dasar bagi pemerintahan baru yang sah dan legitimate. #ArahBaruIndonesia
4. Presiden BJH juga meletakkan pondasi bagi proses amandemen Konsutitusi yang nantinya akan dilakoni selama 4 tahapan sepanjang presiden Abdurahman Wahid dan Ibu Presiden Megawati Sukarnoputri. Swmua berjalan sukses.
5. Tetapi apa yang kurang setelah itu? Kenapa kita nampak jalan di tempat? Dua periode setelahnya justru kita bukan ditolong oleh pikiran kita tetapi oleh harga komoditi. Maka yang tida ada setelah itu sampai sekarang adalah satu kata; PENGETAHUAN!
6. Anis Matta menyebutnya sebagai narasi, dan narasi ini bisa bermakna visi dan mimpi tapi juga bisa bermakna cerita tentang masa depan yang dikisahkan oleh para pemimpin setiap hari sehingga menjadi buah bibir masyarakat yang akhirnya kesadaran dan keyakinan.
7. Anis Matta menyebutnya sebagai ARAH BARU INDONESIA, suatu visi yang lahir dari refleksi perjalanan. Kesadaran tentang jati diri dan imajinasi tentang masa depan yang Gilang gemilang. #ABI2019 adalah proposal yang menjanjikan.
8. Saya kutip di bawah ini beberapa kalimat langsung dari Anis Matta tentang Arah Baru: yang disebutnya sebagai Revolusi Cerdas. Suatu kesadaran baru yang menjadi dasar sebuah perubahan mendasar.
9. Kita sedang berada dalam peralihan gelombang sejarah, dari gelombang kedua menuju gelombang ketiga. Setelah berkutat dengan urusan internal, sudah saatnya kita melihat ke luar dan mencoba memposisikan Indonesia dalam kancah ekonomi dan politik internasional.
10. Sebagai bangsa kita perlu terus menanamkan dan mengintensifkan kebutuhan untuk berprestasi (need to achieve). Namun, semangat berprestasi itu tidak boleh terbatas untuk kepentingan pribadi seperti yang digambarkan psikolog Amerika David McClelland.
11. Kebutuhan akan pencapaian tersebut harus didasari semangat pertangungjawaban sejarah kita. Mau apa kita dengan hidup ini? Inilah nilai baru yang berkembang dalam struktur nilai masyarakat sebagai hasil dari demokrasi, kesejahteraan, pendidikan, dan pembauran dengan budaya global.
12. Nilai baru ini melengkapi nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya, yaitu agama dan kebersamaan atau kolektivitas. Nilai kolektivitas juga tercermin dari nilai kekeluargaan yang tumbuh dalam kelompok, komunitas atau organisasi, serta dalam praktik gotong-royong.
13. Jadi, kombinasi antara nilai-nilai religiositas, kolektivitas dan kebutuhan berprestasi ini akan menjadi pendorong kemajuan masyarakat dan bangsa dalam era peralihan ini.
14. Perjalanan sejarah di hadapan kita adalah gelombang besar yang mempertemukan antara agama, pengetahuan, demokrasi, dan kesejahteraan.
15. Agama membentuk karakter bangsa; pengetahuan membentuk kapasitas manusia dan negara; demokrasi menciptakan keseimbangan sosial antara kebebasan dan keteraturan; kesejahteraan adalah output dalam bentuk standar kehidupan yang lebih berkualitas.
16. Tenaga, pikiran kita harus dicurahkan. Jika pada gelombang pertama tema utamanya adalah eksistensi dan identitas; pada gelombang kedua kita berkutat membangun sistem dan kapasitas; maka pada gelombang ketiga ini, kita bekerja dengan tema utama integrasi dan kolaborasi.
17. Potensi yang begitu banyak tercerai-berai harus diintegrasikan dan dikolaborasikan untuk kemajuan bersama.
18. Arah baru Indonesia adalah sebuah revolusi cerdas (smart revolution), di mana perubahan besar dijalankan tanpa goncangan sosial besar karena kita menekan tombol-tombol perubahan yang tepat. Revolusi cerdas adalah perubahan besar mengikuti sistem demokrasi yang berlaku.
19. Perubahan itu berjalan tanpa mencederai prosedur dan nilai-nilai demokrasi yang selama ini kita junjung. Yang ditawarkan kepada rakyat adalah arah baru yang akan kita tuju, agar kita menjadi bangsa yang sejahtera, kuat, berdaya saing, serta mampu berdiri sejajar dgn bangsa lain.
20. Solusi bagi krisis narasi dan krisis kepemimpinan adalah lahirnya kepemimpinan nasional yang memiliki visi besar dan mampu menggerakkan seluruh rakyat untuk mencapai visi itu bersama.
21. Pemimpin yang muncul dalam arah baru ini bukan menawarkan hiburan dan tawa sejenak, tetapi bangunan sistem baru untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
22. Arah baru Indonesia akan membawa kita pada posisi sejajar dengan negara-negara kuat di dunia karena sejatinya kita punya kekuatan dan kemampuan untuk itu. Kita memiliki potensi demografi, kekayaan alam, posisi geopolitik yang strategis, serta pasar domestik yang besar.
23. Sebagai ilustrasi, Indonesia adalah satu dari tiga negara muslim yang masuk G-20 bersama Turki dan Arab Saudi. Namun, jika melihat Pendapatan Domestik Bruto, Indonesia memiliki ukuran perekonomian yang lebih besar.
24. Dari segi modal sosial, Indonesia memiliki akumulasi pengalaman demokratisasi yang lebih matang dari kedua negara tersebut. Artinya, potensi itu ada, tinggal bagaimana kepemimpinan nasional yang cakap dapat mengubahnya menjadi hasil yang membawa kesejahteraan.
25. Kita tidak perlu silau dan larut dalam pujian negara lain atau lembaga keuangan internasional, karena yang harus diwujudkan adalah rasa terima kasih yang tulus dari rakyat seluruhnya. Dengan arah baru Indonesia, kita akan menulis sejarah kita sendiri dengan tinta keringat kita.
26. Demikian kutipan langsung dari tulisan @anismatta yg saya ambil untuk menutup bagian kedua dari tulisan. Jika bagian pertama adalah latar belakang maka bagian kedua adalah visi #ArahBaruIndonesia dan bagian ketiga adalah tentang #PemimpinBaru.
*dari Twit @Fahrihamzah (30/3/2018)