[PORTAL-ISLAM.ID] Meski berstatus sebagai petahana, Ganjar Pranowo diprediksi tidak akan mudah merebut jabatan Gubernur Jawa Tengah untuk kali kedua. Pasalnya, Ganjar memiliki sederet nilai merah di benak warga selama menjadi penguasa.
Nama Ganjar kerap dikaitkan dalam kasus korupsi KTP elektronik di persidangan. Dia dituding satu dari sekian wakil rakyat yang menerima duit imbalan. Nazaruddin pernah melontarkan nyanyian, Ganjar terima uang sebesar 500 ribu dollar sebagai jatah pimpinan. Tak ayal Ganjar kudu bolak-balik ke Kuningan.
Ganjar selalu membantah. Namun kesaksian Nazar juga di atas sumpah. Entah Ganjar benar atau salah. Kasus ini masih terus digarap komisi anti rasuah. Dan kabar keterlibatan Gajar sudah kadung merambah ke daerah.
Kinerja Ganjar juga kerap menuai kritikan. Polemik petani Kendeng dan aksi cor kaki yang makan korban menjadi kisah yang paling mendapat sorotan. Keberpihakan Ganjar kepada petani dan wong cilik dipertanyakan. Kepercayaan masyarakat pun sirna secara perlahan. Elektabilitas Ganjar kian kemari mengalami penurunan.
Ganjar juga dinilai gagal dalam mengentaskan kemiskinan. Ada 4,4 juta warganya masih hidup di bawah kewajaran. Hampir dua juta warganya nganggur tak berpenghasilan. 800 ribu lebih warganya buta aksara dan tak mengenal tulisan. Satu periode Ganjar mengemban jabatan, belum ada perubahan yang signifikan. Tuntutan perubahan pun mulai disuarakan berbagai kalangan.
Meski banyak catatan, Ganjar nekat kembali mencalonkan. Dia pede dan merasa sebagai pemimpin yang paling diidamkan. Tak peduli nada perubahan kian deras disuarakan. Namun kali ini upaya Ganjar meraih suara akan mengalami kesulitan. Dia harus berhadapan dengan figur yang menjadi simbol perlawanan dan perubahan. Adalah Sudirman Said sang profesional kawakan.
Kemunculan Sudirman mendapat banyak sambutan. Dia figur yang dikenal bersih, cerdas, berkualitas dan anti pencitraan. Dia pribadi yang berkarakter dan menjunjung tinggi kejujuran. Integritasnya teruji meski jabatan menjadi taruhan. Sudirman menjadi solusi di tengah kebuntuan. Sudirman sang tokoh nasional yang memilih pulang untuk membangun kampung halaman.
Kegaduhan Pilgub Jawa Tengah sudah ramai meski kampanye belum resmi digelar. Citra Ganjar perlahan pudar seiring eksistensi Sudirman yang kian bersinar. Warga Jawa Tengah harus memilih calon pemimpin yang benar. Jangan terpengaruh berita sesat yang beredar. Tetaplah kedepankan nurani dan nalar.
Status qou atau semangat perubahan yang mengakar, hanya warga Jawa Tengah yang bisa menakar. Perlu dicatat, Sudirman hadir bukan untuk mencari tenar. Dia ingin mengubah potret Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi terbesar. Dia ingin warga Jawa Tengah makmur dan tidak lapar. Kehadiran Sudirman bisa jadi sebagai ganjaran untuk kinerja dan sepak terjang Ganjar.
Penulis: TB Ardi Januar