Kartu Kuning untuk Jokowi dari BEM UI
Oleh: Ismail Fahmi, PhD
(Social Network Analys)
Pada saat acara Dies Natalis ke-68 UI, 2 Februari yang lalu, ketua BEM UI memberi "kartu kuning" kepada Jokowi, setelah presiden menyelesaikan sambutannya. Kejadian ini menjadi viral, karena dua kata kunci "Kartu Kuning" dan "BEM UI".
Bagaimana peta percakapan di media sosial dan media online?
Setelah Drone Emprit absen sebulan ndak membuat report, karena habis "dipanggang dan dijadikan sate sama orang Jepang", kini si Emprit terbang lagi. Topik ini diangkat sebagai topik perdana di tahun baru ini, karena si Emprit hadir di tempat yang sama dengan peristiwa kartu kuning, meski datangnya setelah Jumatan.
VIRAL
Drone Emprit menggunakan dua kata kunci untuk mengumpulkan data: "kartu kuning" dan "BEM UI". Dari grafik trend, kedua kata kunci ini viral pada tanggal 2 Februari, dan dilanjutkan pada tanggal 3 Februari. Pada pagi ini ketika analisis dibuat, terdapat 1,8K mention di media online, dan 67K mention di Twitter.
Apa yang menyebabkan aksi kartu kuning ini menjadi viral dan menarik perhatian publik di media sosial dan media online?
Dilihat dari word cloud berita online, dua aksi yang unik dan kreatif dari ketua BEM UI tampaknya menjadi alasan kenapa kejadian itu menjadi viral: "meniup peluit" dan "mengacungkan kartu kuning". Tak perlu banyak cakap, aksi simbolis yang biasa terjadi di lapangan bola itu sangat mengena dengan isi protes yang disampaikan mahasiswa. Hal ini makin didukung terjadinya peristiwa tersebut di kampus "kuning".
Dalam percakapan dan pemberitaan yang viral, mahasiswa lebih diuntungkan dari aksi itu, bahwa protes mereka didengar oleh publik. Ini karena kontra aksi yang dilakukan oleh "paspampres" dalam mengamankan ketua BEM UI ketika mengacungkan kartu, dianggap telah "membungkam" demokrasi.
Jika kejadiannya sebaliknya, misal Jokowi melarang paspampres mengusir ketua BEM, dan menerima kartu kuning yang berisi pernyataan mahasiswa, dan secara terbuka berterimakasih atas "perhatian" mereka, maka panggung itu akan menjadi milik Jokowi. Publik akan melihat bahwa Presiden ibarat seorang bapak, yang dengan sabar dan pengertian menerima protes dari anaknya.
Selain itu, desas-desus bahwa ketua BEM akan diberi sanksi oleh UI, menjadikan dia sebagai korban yang harus dibela. ILUNI segera memberi dukungan dan bantuan agar dia tidak diberi sanksi, dan supaya UI melihat itu sebagai bentuk demokrasi yang wajar. Dialektika ini menjadikan peristiwa itu semakin viral.
PETA SNA: PRO DAN KONTRA KARTU KUNING
Bagaimana peta polarisasi pro-kontra yang dilihat oleh Drone Emprit melalui grafik SNA?
Seperti biasa, terdapat dua cluster besar dalam peta SNA. Cluster terbesar adalah mereka yang mendukung aksi kartu kuning, oleh para buzzer dan netizen yang cenderung berjarak dengan pemerintah. Cluster kedua juga cukup besar volumenya, cenderung mengkritisi aksi tersebut, dan dicuitkan oleh mereka yang selama ini lebih banyak mendukung pemerintah.
Isu yang paling banyak diangkat oleh mereka yang mengkritik aksi kartu kuning ini adalah soal "gizi buruk di Asmat". Tampak akun @papua_satu, mendapatkan retwit yang paling besar di cluster tersebut. Dan dari grafik most-retweeted status, postingan dari akun ini juga yang paling banyak mendapat retweet.
Dari tiga isu yang diangkat dalam kartu kuning (soal gizi buruk, Polri sebagai plt gubernur, dan draft baru aturan organisasi mahasiswa), titik serang ke mahasiswa difokuskan pada isu gizi buruk. Mereka yang kontra, meminta mahasiswa jangan banyak cakap jika belum terjun langsung ke Papua dan pedalaman seperti Asmat. Seolah mereka menuntut mahasiswa turut membereskan masalah gizi buruk dulu, baru boleh bicara dan protes.
Selain menyerang mahasiswa dari isu Asmat, cluster pro pemerintah ini juga mengkritik aksi mahasiswa dengan cara menyerang sosok pribadi ketua BEM UI. Dia dianggap kadar salah satu partai yang dikenal dengan jenggot atau jakunnya. Juga dianggap aksi ini sudah direncanakan oleh partai-partai tertentu.
Grafik word cloud Twitter juga menggambarkan hal yang sama. Selain netizen menganggap aksi mahasiswa itu tidak "pantas", dukungan agar "Jokowi mengirim BEM UI ke Asmat" juga menguat. Agar mahasiswa tahu situasi di lapangan dan tahu rasanya di daerah terpencil.
Dalam cluster mereka yang pro aksi kartu kuning, status dari @bem_indonesia yang mengajak media (online dan sosial) untuk meramaikan tagar #KartuKuningJokowi mendapat dukungan sangat besar. Cluster yang selama ini di kenal berisi jaringan MCA, banyak ngeshare video saat paspampres "mengamankan" kedua BEM UI yang sedang mengacungkan kartu kuning. Peristiwa biasa akhirnya menjadi lebih heroik karena adanya kontra aksi ini.
AGENDA PERTEMUAN PRESIDEN DENGAN BEM UI
Salah satu kritikan kepada aksi kartu kuning ini adalah, gara-gara aksi tersebut agenda pertemuan Presiden dengan BEM UI akhirnya dibatalkan. Menanggapi hal itu, seperti dilaporkan oleh Kompas.com, perwakilan BEM UI menyatakan bahwa kenyataan tidak seperti itu.
Keinginan untuk bertemu presiden sudah disampaikan jauh-jauh hari ke pihak rektorat UI. Harapannya, rektorat dapat memfasilitasi pertemuan saat Jokowi menghadiri Dies Natalis UI pada Jumat hari ini.
"Tapi sampai dini hari tadi belum ada kejelasan mengenai forum pertemuan tersebut," kata Alfian.
Karena pertemuan tak juga dijadwalkan, lanjut Alfian, akhirnya BEM UI pun berinisiatif melakukan aksi. Di luar ruangan acara, BEM UI melakukan aksi damai, namun atribut yang digunakan langsung diamankan pihak kepolisian. Akhirnya, BEM UI pun melakukan aksi di dalam ruangan acara. Namun, aksi hanya dilakukan oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa.
RESPONSE JOKOWI, UI, DAN PARTAI
Dalam kesempatan setelah berita menjadi viral, Jokowi dengan cantik menanggapi aksi tersebut dengan santai. Dia tidak mempermasalahkan aksi tersebut, menganggapnya biasa. Bahkan berencana akan mengirim BEM UI ke Papua untuk membantu pemerintah menyelesaikan masalah gizi di sana.
Pihak UI sendiri yang sebelumnya dikabarkan akan memberi sanksi, ternyata dalam pernyataan kepada media menyatakan tidak akan memberi sanksi kepada ketua BEM.
Mereka yang pro aksi, khususnya dari kalangan politisi, meresponse aksi ini dengan memanfaatkan simbol "kartu kuning" untuk mengamplifikasi kritik mereka kepada pemerintah. Ada salah satu fraksi yang kemudian membuat aksi serupa, dengan memberikan "kartu kuning" kepada Jokowi dalam acara mereka.
HIBURAN: AHLI SURVEY VS SENIMAN
Seorang ahli survey menyatakan bahwa semua aksi yang dilakukan mahasiswa dan paspampres adalah hal yang wajar. Bisa diterima, dan biasa aja. Yang tidak wajar adalah komen di media sosial yang mendukung kubu masing-masing.
Twit di atas dibalas oleh seorang seniman yang bernama Jack Separo Gendeng alias Sudjiwotedjo. Dia mengingatkan sang ahli survey, bahwa ybs juga sering menggoreng isu di medsos untuk mendukung jagoannya.
CLOSING
Saya lihat response Jokowi pribadi sudah bagus, melihat aksi mahasiswa itu sebagai hal yang biasa. Response cakep Jokowi ini sayangnya berbeda dengan response netizen pendukungnya, yang sebagian besar malah membully mahasiswa.
Demikian juga dengan response UI yang diberitakan tidak akan memberi sanksi kepada ketua BEM UI, sudah tepat. UI sebagai kampus perjuangan, bisa menerima 'kenakalan' alias 'kreatifitas' mahasiswa dalam menyampaikan aksi.
Apakah mahasiswa harus mencoba segalanya, ikut terjun dalam segala bidang yang jadi perhatian mereka, baru berhak menyuarakan pendapat mereka?
Menurut saya pribadi, tugas mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tugas dan kewajiban bagi mereka yang sudah diberi mandat dan kekuasaan. Dengan kekuasaan yang dimiliki, mereka bisa membuat rencana, mengalokasikan anggaran, memerintahkan, mengoperasikan, memonitor, dsb sehingga goal di atas tercapai.
Sedangkan mahasiswa, mereka memiliki apa? Kekuasaan apa yang mereka pegang? Power apa yang mereka miliki untuk melakukan aksi mencapai goal tersebut? Mereka tidak punya apa-apa, kecuali keberpihakan, sedikit waktu, lebih banyak pikiran, sedikit tenaga, dan lingkungan akademis yang kritis.
Mahasiswa harus tetap berani menyuarakan pikirannya, meski mereka belum punya kesempatan dan kemampuan untuk terjun mewujudkan. Meski mereka dibuly dengan tudingan hanya bisa bernarasi atau beropini, tetap mereka harus terdepan dalam menyampaikan kajian dan pemikiran yang kritis, obyektif, dan membela rakyat.
Drone Emprit lahir salah satunya adalah karena nafas yang mengalir dari lingkungan akademik dan kemahasiswaan doeloe. Di dalamnya juga mengalir DNA demonstran yang digembleng saat jadi mahasiswa di Ganesha 10.
So, buat para mahasiswa, lanjutkan aksi-aksimu, yang dilandasi oleh pemikiran, kajian, dan keberpihakan pada bangsa. Jangan ragu apalagi takut dalam menyampaikan kritik dan protes kepada pemerintah jika dirasa perlu. Presiden adalah bapak-mu. Dia ada disana untuk mengayomi dan mendengar pekik teriakanmu. Percayalah.***
Sumber: fb