[PORTAL-ISLAM.ID] Ahok dan Ganjar serupa tapi tak sama. Keduanya tampan. Bila dilihat dari Borneo. Sama-sama tinggi badannya. Suka marah sambil bawa kru kamera. Bisa masuk nominasi sabet Piala Citra. Waktu kampanye, obral sekarung kaul, nazar dan janji.
Anak buah tegang. Takut dipermalukan. Akrab dengan pengusaha. Followernya sama-sama galak. Pengkritik dibully abis. Sang tuan nggak pernah salah.
Paling pinter cari kambing hitam. Ahok selalu nemu sebab banjir. Bisa karena sabotase, kabel, atau pemukiman DAS.
Ganjar serupa dengan pola Ahok. Jika ada desa masuk listrik, itu jasa Ganjar. Bila ada jembatan nggak terurus itu salah Lurah, Camat, Bupati, Walikota.
Ahok punya "staff gubernur". Digaji pihak swasta dan dana operasional gubernur. Tugasnya memata-matai SKPD. Jadi telinga dan mata Ahok.
Ganjar tebar tim siluman awasi proyek perbaikan jalan seluruh Jateng. Slogannya: "Jawa Tengah Tanpa Lubang". Di Medsos, tetep marak keluhan. Slogan tinggal slogan. Di Solo, ada jalan ditanamin pohon pisang.
Jelang cuti kampanye, Ganjar ngebut posting tambal jalan. Kesannya, biar tampak kerja dan berprestasi.
Padahal Ahok dan Ganjar sama-sama Gubernur Gagal. PAD rendah. Sekjen Rusdi bilang UMR Jateng paling rendah di seluruh dunia.
Coba perhatikan fenomena ini. Ganjar gebrak pungli kecil-kecilan di Jembatan Timbang. Heboh. Namanya meroket. Masuk acara acara talkshow Aiman, Rossy, Hitam-Putih dan lain sebagainya. Semua bahas akrobatik Ganjar.
Petugas Dishub dimutasi. Inovasi menaikan gaji dirilis. Adopsi teori "Stick n Carrot". Gembar-gembornya sampe Jakarta. Beberapa Jembatan Timbang ditutup. Rugikan pemasukan daerah.
Alhasil, pungli tetap jalan. Sidak kedua Ganjar temukan modus baru. Kalo sudah begini, apanya yang hebat?!
Penulis: Zeng Wei Jian