[PORTAL-ISLAM.ID] Sekalipun sebelumnya seringkali melakukan stigma negatif kepada umat Islam, mencuatnya penilaian masyarakat terhadap Metro TV sebagai media anti Islam dimulai ketika tahun 2012.
Media kontroversial tersebut menuduh bahwa organisasi Rohani Islam (Rohis) sebagai sarang teroris. Alhasil penolakan dari berbagai kalangan umat Islam terus terjadi, Forum Komunikasi Alumni Rohis (FKAR) mengecam tuduhan tersebut. FKAR juga menuntut Metro TV mengakui kesalahannya.
Fitnah Rohis
"Kami Forum Komunikasi Alumni Rohis, SMP dan SMA Jakarta menuntut Metro TV untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena telah memberitakan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris," ungkap FKAR, Sabtu 15 September 2012.
FKAR meminta Metro TV untuk membubarkan dirinya karena dinilai anti Islam.
"Supaya dicabut hak siarnya karena melakukan keresahan dan pembohongan publik. Tidak layak menjadi lembaga penyiaran," imbuh FKAR.
Seolah tidak kapok dengan pemberitaan yang menyinggung Rohis, baru baru ini media yang kerap berpihak kepada rezim Jokowi ini kembali mengangkat isu Rohis sebagai sarang teroris. Permintaan maaf terdahulu dianggap sebagai angin lalu oleh media milik Surya Paloh ini.
Dalam salah satu pemberitaanya di bulan Juli 2017 lalu, Metro TV menuding paham radikal menyebar melalui ekskul Rohis dan bimbingan belajar alumni.
Dunia pendidikan formal di sekolah-sekolah dinilai rawan disusupi paham radikalisme. Direktur Asean Moslem Action Network Ruby Khalifah menilai, salah satu kegiatan yang rawan adalah ekstrakulikuler berbasis keagamaan seperti Rohis.
Ruby turut menuding bahwa kegiatan positif yang dilakukan alumni sekolah seperti bimbingan belajar, adalah metode penyebaran ide radikal.
"Salah satunya melalui bimbingan belajar oleh alumni. Sekolah tidak memiliki filter dan guidance," kata Ruby, Minggu 23 Juli 2017. Sayangnya Ruby enggan menjelaskan maskud radikal lebih lanjut.
Dukung Ahmadiyah
Kontrovesi lain pernah dilakukan Metro TV, ketika Presiden SBY menerima World Statesman Award dari Rabbi Arthur Schneier, pendiri dan Presiden Appeal of Conscience Foundation, di New York, AS Kamis 30 Mei 2013.
Dalam editorial “Menagih Janji Presiden Yudhoyono”, Metro TV & Media Indonesia mendesak Presiden SBY untuk melegalkan ajaran Ahmadiyah. "Presiden harus memerintahkan penghapusan surat keputusan bersama tiga menteri terkait dengan Ahmadiyah.”
Ahmadiyah sendiri adalah organisasi yang dikenal pemalsu agama Islam, sehingga desakan Metro TV saat itu untuk melegalkan Ahmadiyah sama saja dengan mengizinkan Islam dipalsukan.
Menghina Masjid
Metro TV dengan tendensius dan provokatif menurunkan berita “Anggota ISIS Gemar Berkumpul di Masjid”.
Dari judul berita yang ditampilkan Metro TV, masyarakat digiring untuk mencurigai orang yang rajin datang ke masjid.
Berita Metro TV itu mengutip pernyataan kontroversial Wakil Menteri Agama (Wamenag), Nazaruddin Umar yang mengimbau masyarakat untuk memperketat penjagaan masjid di wilayah mereka. Sebab, menurut Wamenag yang liberal ini, masjid terindikasi kuat sebagai sarang anggota ISIS.
“Tempat yang harus petama dijaga itu masjid. Saya minta kepada pengurus masjid kalau ada gejala baru yang ditampilkan jemaah harus segera ditindak,” kata Nazaruddin, Kamis 14 Agustus 2014.
Tuding Reuni 212 Intoleran
Dalam salah satu kalimat narasinya dimulai pada menit 3:16, Editorial MetroTV menyinggung agenda Reuni Alumni 212 dengan menyebut sebagai perayaan intoleransi.
"Celakanya intoleransi itu dipraktekkan untuk kekuasan politik dengan mengatasnamakan agama. Lebih celaka lagi, mereka berencana berkumpul merayakan intoleransi itu dengan gegap gempita, huh. Ini tentu bisa membuat korban intoleransi semakin terluka. Ketika pihak yang terluka disuruh move on, supaya lukanya lekas pulih, pihak sebelah justru menari di atas luka itu dengan merakayakan kemenangan mereka secara gegap gempita,” kata narator di editorial tersebut.
Hal ini menuai kecaman serta penolakan dari berbagai pihak. Sayangnya tidak ada tindakan tegas untuk media nakal ini dari pihak berwenang.
Fitnah Ormas Islam
Organisasi Islam yang telah lama hidup di Indonesia, Wahdah Islamiyah mengecam dan mendesak Metro TV meminta maaf karena mencantumkan Wahdah Islamiyah di tabel jaringan teroris Indonesia dalam tayangan News Story Insight pada 3 Januari 2016.
“Kami menuntut pihak Metro TV meralat pemberitaan dan juga menayangkan pemberitaan berupa permohonan maaf dari Metro TV kepada Zaitun Rasmin dan Wahdah Islamiyah,” kata Zaitun saat menyampaikan klarifikasi terhadap pemberitaan itu dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 11 Januari 2016, dilansir Antara.
Ormas lain yang turut menjadi korban keganasan Metro TV adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ormas yang dibubarkan secara kontroversial oleh orang dekat pemilik Surya Paloh, Jokowi ini kerap disandingkan dengan ISIS.
Tak heran Fahri Hamzah pernah geram dengan media ini, politisi nyentrik ini menilai, pemberitaan yang disampaikan oleh Metro TV tidak sesuai dengan realita dan provokatif sehingga menimbulkan keresahan dan kegaduhan di tengah masyarakat.
“Menyembunyikan identitas kalian yang berada di belakang semua ini itulah kejahatan @Metro_TV,” cuit Fahri, Senin 15 Mei 2017.
“Menyembunyikan identitas kalian yang berada di belakang semua ini itulah kejahatan @Metro_TV,” cuit Fahri, Senin 15 Mei 2017.
Anda sepakat?Menyembunyikan identitas kalian yang berada di belakang semua ini itulah kejahatan @Metro_TV ..— #MerdekaBro! (@Fahrihamzah) May 15, 2017
Sumber: MediaOposisi