[PORTAL-ISLAM.ID] Issue "Mahar Politik" adalah kontra aksi slogan "Jangan Pilih Partai Pro Penista Agama" yang marak di Sosial Media.
La Nyalla batal diusung. Mereka dapet momentum. Infiltran Syiah disusupi. Sukses naikan suhu politik. Pak Prabowo, Gerindra, dan PKS jadi sasaran antara.
Target utamanya, mendelegitimasi kandidat Partai Gerindra dan PKS: Sudirman Said dan Mayor Jenderal Sudrajat. Minimal, mereka berharap bisa rebut Jawa Tengah.
Issue politik mahar panas satu hari. Pondasi fitnahnya terlalu rapuh. Esoknya jadi bumerang. La Nyalla mengklarifikasi: "Pak Prabowo tidak pernah minta mahar".
Klik hitam panik ketika Mahfud MD, Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Sandi dan Gus Irawan angkat bicara. Mereka bersaksi tidak pernah diminta duit mahar.
Acara talk show di televisi swasta difungsikan sebagai alat mempertahankan suhu panas. Sayangnya, ngga laku.
Usaha mereka berantakan setelah Sudirman Said bicara. Dia bilang tidak pernah sekali pun dimintai uang sebelum dan sesudah rekomendasi turun. Ngga pernah dipalak. Apalagi dimintai duit mahar.
Sudirman Said punya track record kuat. Dia mantan aktifis anti korupsi. Tercatat sebagai pendiri Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) tahun 1998. Organ ini berperan penting mendorong lahirnya KPK.
Di Pertamina, Sudirman Said bikin sistem transparan impor bahan bakar. Mafia pemburu komisi kebakaran jenggot. Mereka jadi sulit menggerogoti Pertamina.
Sayang, sistem ini ngga berjalan lama. Sudirman Said disingkirkan.
Ketika jadi Menteri ESDM, Sudirman Said bentuk satgas anti mafia migas. Muhammad Reza Chalid kena gebuk. "Tuan MR" ini dikenal sebagai "mister untouchable" di era Presiden SBY. Tapi kena di tangan Sudirman Said. Petral kemudian dibubarkan.
Terakhir, Sudirman Said bongkar skandal "Papa Minta Saham". Setya Novanto sempat tumbang. Back to busyness setelah tangan-tangan kuat turun tangan membantu Novanto.
Alas, akhirnya tiang listrik bikin benjol kepala Setya Novanto. Katanya, segede bakpao. Dia masuk tahanan KPK dan dicopot dari kursi Ketua DPR.
Skandal mega korupsi e-ktp mencuat lagi. Selain Novanto, ada banyak nama disebut. Salah satunya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Koruptor Nazarudin mengaku melihat Ganjar Pranowo terima duit sebesar 500 ribu dolar.
Ganjar Pranowo dan Sudirman Said berdiri di atas dua ekstrimitas berbeda. Yang satu aktifis anti korupsi, lainnya disebut-sebut terlibat skandal mega korupsi.
Selain itu, selama jadi gubernur, Ganjar dinyatakan gagal berantas kemiskinan. Populisme Ganjar memang top. Tapi gap antara utara dan selatan tetap lebar. Kemiskinan rakyat ngga bisa dieliminir dengan balas sms atau foto nyamar sebagai tukang becak. Ada sekitar 15 kabupaten di Jawa Tengah masuk zona merah kemiskinan.
Di sisi lain, Sudirman Said dipastikan berani tolak impor beras. Sama seperti Sandiaga Uno. Beda policy dengan pusat ya biasa. Anies berani tolak reklamasi dan TGB berani tolak impor sapi. Sayang, Ganjar manut saat pabrik semen berpolemik di Kendeng.
"Jangan harap hasil beda, tanpa berpikir dan bekerja dengan cara beda," kata Albert Einstein.
Kalau sudah begini, Ganjar mesti diganti. Supaya ada perubahan di Jawa Tengah. There is no other way. #SaveJateng..!!
*THE END*
Editor