[PORTAL-ISLAM.ID] Beberapa media kerap keliru dan salah (dan tak mau koreksi kesalahannya, dan terus berulang salah) saat memberitakan terkait bendera yang berisi kalimat Tauhid.
Seperti media CNN Indonesia yang memberitakan dan mengaitkan Reuni Akbar 212 dengan HTI. Bahkan setidaknya dua kali pemberitaan.
Bendera HTI Berkibar di Reuni Akbar Alumni 212
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171202061443-20-259610/bendera-hti-berkibar-di-reuni-akbar-alumni-212/
Di Reuni 212, Balon Hitam Putih 'Terbangkan' Bendera HTI
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171202102042-20-259623/di-reuni-212-balon-hitam-putih-terbangkan-bendera-hti/
Tidak seperti CNN Indonesia yang keliru dan salah menyebut bendera Tauhid dengan "Bendera HTI", media online detikcom memberitakan dengan benar bahwa itu adalah "Bendera Ar-Rayah" (istilah atau penamaan yang benar bendera yang berisi kalimat Tauhid).
[detikcom]
Massa Bentangkan Bendera Ar-Rayah Besar di Reuni Alumni 212
Jakarta - Hingga saat ini aksi Reuni Alumni 212 di Monas, Jakarta Pusat, masih berlangsung. Massa mengibarkan bendera Ar-Rayah berukuran besar.
Pantauan detikcom, Sabtu (2/12/2017) pukul 08.20 WIB, terlihat bendera Ar-Rayah dibawa massa ke dekat panggung. Bendera warna hitam tersebut dibentangkan di atas kepala massa.
Bendera Ar-Rayah itu kemudian diangkat massa hingga ke depan panggung utama.
Bendera hitam itu biasa disebut sebagai panji hitam Ar-Rayah. Bendera itu bertuliskan kalimat dalam bahasa Arab, berbunyi La Ilaha Illallah Muhammadarasulullah.
Catatan detikcom, bendera ini kerap dibawa massa saat aksi. Termasuk pada saat Aksi 2 Desember atau yang disebut juga Aksi 212, lalu aksi 414.
Link: https://news.detik.com/berita/d-3751830/massa-bentangkan-bendera-ar-rayah-besar-di-reuni-alumni-212
***
Bendera/Panji Ar Rayah adalah bendera yanga da sejak zaman Rasulullah. Bendera/panji berwarna hitam, yang tertulis dengan warna putih kalimah ‘LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH’.
Hadis riwayat Ibnu Abbas di atas menjelaskan hal ini kepada kita. Semasa jihad, ia dibawa oleh ketua setiap unit (samada Division, Batalion, Detachment ataupun lain-lain unit). Dalilnya adalah Nabi Muhammad s.a.w., semasa menjadi panglima perang di Khaibar, bersabda, "Aku benar-benar akan memberikan panji (rayah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah memberikan panji itu kepada Ali." [HR Bukhari]. Saidina Ali karramallahu wajhah pada masa itu boleh dikatakan bertindak sebagai ketua division ataupun regimen.
Diriwayatkan dari Harits Bin Hassan Al Bakri yang mengatakan, "Kami datang ke Madinah, saat itu dan Nabi Muhammad s.a.w. sedang berada di atas mimbar, sementara itu Bilal berdiri dekat dengan beliau dengan pedang di tangannya. Dan di hadapan Rasulullah terdapat banyak rayah (panji) hitam. Lalu aku bertanya: "Ini panji-panjii apa?" Mereka pun menjawab: "(panji-panji) Amru Bin Ash, yang baru tiba dari peperangan."
Link: https://ms.wikipedia.org/wiki/Bendera_Islam
***
BUKAN BENDERA HTI
Kemendari sendiri sudah menegaskan Bendera Tauhid/Ar-Rayah itu BEDA dengan Bendera HTI.
Silakan BACA pernyataan Kemendari di situs resminya.
Kemendagri Tak Larang Bendera Tauhid, Melainkan Bendera HTI
“Yang kami larang itu adalah bendera dengan simbol HTI, bukan bendera tauhid. Keduanya berbeda, kalau bendera HTI ini mencantumkan tulisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di bawah kalimat Laillahaillallah,” kata Soedarmo, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Menurut dia, media (yang menyebut bendera Tauhid dengan menulis "Bendera HTI") menyebarkan informasi yang sifatnya provokatif tanpa melihat dampak yang akan timbul bagi bangsa dan negara ke depannya.
Link: http://www.kemendagri.go.id/news/2017/07/22/kemendagri-tak-larang-bendera-tauhid-melainkan-bendera-hti
***
AGAR KE DEPAN TIDAK ADA LAGI MEDIA ATAU SIAPAPUN YANG SALAH MENYEBUTKAN "BENDERA TAUHID/AR-RAYAH" DENGAN "BENDERA HTI"...
MAKA sudah seharusnya Advokat Umat Islam mendatangi media yang masih SALAH untuk diluruskan agar mengoreksi dan tidak lagi mengulang kesalahan dalam pemberitaannya.
Dan bagi media seperti detikcom yang sudah BENAR menyebut Ar-Rayah, warganet pun menyampaikan apresiasinya.
"KITA beri apresiasi kepada @detikcom karena telah berhasil menjadi Media Online Mainstream Pertama yang berhasil 100% MENULIS BERITA dengan pemahaman yang benar. Bandingkan dgn sebelah," ujar tokoh muda Muhammadiyah, Musthofa Nahrawardaya melalui akun twitternya.
KITA beri apresiasi kepada @detikcom karena telah berhasil menjadi Media Online Mainstream Pertama yang berhasil 100% MENULIS BERITA dengan pemahaman yang benar. Bandingkan dgn sebelah. pic.twitter.com/WzwyZNNvrE— MUSTOFA NAHRAWARDAYA (@NetizenTofa) 2 Desember 2017