Habis Yanni, Terbitlah Abu Dis, dan Salvator Mundi
YANNI:
Hingar bingar konser musik megah dan meriah Yanni di Saudi telahlah usai. Konser musik yang tiket masuknya saja harus merogoh kocek minimal 600SR (setara dengan 2,1 juta Rupiah). Konser musik yang didalamnya sama sekali tidak ada lantunan pujian dan pengagungan kepada Allah, tidak ada shalawat dan salam kepada Baginda Rasulullah, tidak ada syair yang membakar ghirah untuk beribadah, berdakwah dan berjihad, namun 'sepi tahdzir'. Tiada yang bersuara lantang baik di Saudi sendiri ataupun di tanah air ini sebagaimana biasanya.
Lucunya, kepada yang membuka fakta bahwa konser itu ada, mereka lantang sekali berteriak bahwa konser itu hoax, kabar palsu, dan seterusnya sampai tahdzir 'pembenci Saudi' dan bahkan pembenci Islam. Ketika tak terbantah lagi bahwa konser Yanni ada dengan wanita tampak auratnya, dengan bercampur baur lelaki dan wanita, dan banyak hal yang lainnya, kompak diam tak bersuara.
Mari kita lihat saja bagaimana suasana konser musik Yanni itu di sana: https://youtu.be/mXgB3Z84LEk
Ya, Yanni sudah pulang menginggalkan 'ajaran' melalui not-not nada yang membuat lemah umat Islam di Saudi Arabia. Yanni berhasil membuat ribuan orang berteriak histeris kepadanya. Namun diam ratusan juta bahasa terhadap kondisi Palestina. Padahal, Yanni orang tak beragama. Sedangkan Palestina adalah saudara seagamanya, tempat di mana letak Kiblat Pertama, tanah suci umat Islam yang ketiga.
Jangankan di jalanan atau di dunia nyata. Sekedar berteriak di media-media sosial dunia maya pun tidak. Diam saja. Namun, teriakannya kencang kepada yang saat ini sedang berada di jalanan jihad memprotes Amerika Serikat dan Israel terhadap Palestina ini. Seperti biasanya, mereka lantang kepada saudara yang berbeda pendapat dengan mereka. Tapi bak ayam sayur ketika berhadapan dengan Israel dan Amerika.
Mau bagaimana lagi? Sudah terjadi.
ABU DIS:
Kontroversi Yanni di Saudi Arabia belumlah usai. Umat Islam yang sedang luka karena diakuinya Al Quds (Yerussalem) bukan lagi sebagai ibukota Palestina, harus bertambah keperihannya dengan kabar bahwa Saudi Arabia dan Amerika Serikat sedang membahas proposal pemindahan ibukota Palestina dari Al Quds (Yerussalem) ke Abu Dis (sebuah desa di luar bagian timur Yerusalem). Bahkan, Putera Mahkota Mohammed Bin Salman sendiri yang menyampaikan dan menawarkan proposal pemindahan ibukota Palestina ini kepada Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. Bin Salman memberikan tenggat waktu 2 bulan hingga Januari 2018 kepada Abbas untuk mempertimbangkannya.
Tawaran pemindahan ibukota Palestina dari Al Quds ke Abu DIs inilah yang dianggap oleh Donald Trump sebagai interpretasi bahwa Yerussalem tak ada yang memiliki. Ditambah lagi, peziarah dari umat Islam seluruh dunia ke Masjidil Aqsha selama ini menggunakan visa Israel. Diambillah keputusan, kenapa tidak menjadikan Yerussalem sebagai ibukota Israel saja? Bukankah ibukota Palestina sedang dipertimbangkan dipindah ke Abu Dis? Atas 'endorse' Saudi Arabia pula. Trump dalam hal ini mengambil kesempatan dalam kesempitan membela Netanyahu, sahabat karibnya.
Saudi offers Abu Dis as future capital of Palestine
https://www.middleeastmonitor.com/20171206-saudi-offers-abu-dis-as-future-capital-of-palestine/
Kita tidak melihat Mohammed bin Salman mengeluarkan pernyataannya terkait Abu Dis, bukan? Yang ada hanyalah pemberitaan media tentang percakapan telpon ayahnya, Raja Salman ibn Abdulaziz kepada Donald Trump atas ketidaksetujuan dirinya secara pribadi dan masyarakat Kerajaan Arab Saudi atas rencana pemindahan tersebut. Itu pun bukan kecaman dengan marah dan nada berapi-api. (https://www.reuters.com/article/us-usa-trump-israel-saudi/saudi-king-warns-trump-against-u-s-embassy-move-to-jerusalem-agency-idUSKBN1DZ2T8)
Saya harap Raja Salman ibn Abdulaziz menegur anaknya. Dan Mohammed Bin Salman menyesali keputusan dan perbuatannya, serta Mahmoud Abbas menolak proposal dan tawarannya dengan betapa besar reaksi dunia Islam terhadap perbuatan gegabah yang dimanfaatkan Trump ini.
SALVATOR MUNDI:
Dunia kaget dengan dibelinya lukisan karya Leonardo da Vinci seharga USD450 juta (setara 6 Trilyun Rupiah), padahal tawaran sebelumnya 'hanya' USD100 juta saja. Salvator Mundi adalah lukisan 'fantasi' seorang Leonardo da Vinci mengenai sosok Yesus.
Saya kira pembelinya adalah Bill Gates, kaya raya dan tentunya sesuai dengan keyakinan yang dianutnya, Protestan. Tapi ternyata bukan dia pembelinya. Saya kira juga Paus Franciscus atau siapalah yang mewakilinya untuk kepentingan gereja Katholik atau untuk hadiah Natal. Ternyata bukan juga. Saya kira juga tokoh dari Orthodox Rusia pembelinya, bukan juga ternyata.
Pembelinya adalah Bader bin Abdullah, seorang Muslim berkewarganegaraan Uni Emirate Arab. Dan ternyata dia juga bukan pembeli sebenarnya. Bader bin Abdullah adalah suruhan saja. Pembeli sebenarnya adalah Mohammed bin Salman, Putera mahkota Saudi Arabia.
Salvator Mundi bukanlah lukisan kaligrafi. Bukan pula lukisan atau foto umara atau ulama. Sekali lagi, Salvator Mundi adalah lukisan Yesus.
Apa pentingnya bagi umat Islam? Apa pentingnya bagi Saudi Arabia yang dijuluki negara Tauhid atau negara Sunnah itu? Bahkan Vatikan saja tidak membelinya. Bahkan Ortodok Rusia pun tidak membelinya. Bahkan Protestan Amerika Serikat pun tidak membelinya.
Saudi Arabia’s Crown Prince Identified as Buyer of Record-Breaking da Vinci
https://www.wsj.com/articles/saudi-arabias-crown-prince-identified-as-buyer-of-record-breaking-da-vinci-1512674099
https://www.theguardian.com/artanddesign/2017/dec/07/world-record-da-vinci-painting-to-be-exhibited-at-louvre-abu-dhabi
Kalau tidak sakit hati kita melihat segala macam "kelakuan" Saudi Arabia saat ini (saya tegaskan sekali lagi MEMBENCI KELAKUAN, bukan subjeknya, subjeknya bukan dibenci, dikasihani, apalagi pembela butanya di negeri ini harus lebih dikasihani), artinya ada yang salah dengan hati dan pikiran sehat kita.
Semoga saja ini bukan tentang akan berakhirnya dunia... atau memang sudah tanda-tanda Akhir Zaman munculnya Al-Mahdi?
NB: Segera screenshot, karena mungkin akan hilang dan diblokir lagi. Mereka yg menganggap Raja dan Pangeran jungjunannya adalah Nabi tak siap menerima kenyataan ini.
(Azzam Mujahid Izzulhaq)
__
*dari fb Azzam Mujahid Izzulhaq