[PORTAL-ISLAM.ID] Duet maut Deni Siregar dan Abu Janda adalah konkritisasi film Dumb n Dumber (1994) yang dibintangi Jim Carey dan Jeff Daniels.
Bila "Dumb n Dumber" bercerita tentang "two unintelligent yet well-meaning friends from Rhode island", Deni dan 'Abu J' bikin ngakak satu republik di acara ILC. Mereka lupa bawa otak.
Mungkin lembaga review aggregator Rotten Tomatoes juga akan menyebut duet maut ahokers ini sebagai "A relentlessly stupid comedy".
Tokoh Lloyd Christmas (Jim Carrey) ambil peran Go-Block tapi sok pinter. Persis figur Abu Janda. Sedangkan Deni Siregar identik dengan Harry Dunne, Go-Block beneran.
The four stooges bikin ngakak. Rib splitting fools. Perut kram akibat kebanyakan ketawa.
Di ILC, Deni Siregar tampil natural. Ngos-ngosan. Nafasnya keras. Suara getar. Jantung berdebar. Keras. Seperti maling ayam dikejar-kejar massa.
Mukanya kaku. Jadi ngga enak diliat. Pucet. Darah turun ke kaki. Lututnya pasti gemetar. Jelas, dia kena stage fright.
Fadli Zon nyindir dia ngga intelek. "Otaknya ngeres," kata Fadli.
Deni Siregar makin gemeter. Senyumnya kecut. Kejantanan lenyap. Seperti kabut diterpa badai. Jatuh selevel ayam sayur. Netizen Ziyad Nasution bilang "Desi mau ganti kelamin. Menutupi jatidiri yang hancur." Alas, nama Deni Siregar diganti jadi 'Desi'. Tanpa izin.
Sesaat sebelum tampil, Desi nyetat. Dia tulis: "Mengawal Ustad Abu Janda al-Boliwudi jadi pembicara di ILC malam ini dengan tema reuni (disensor).. Hajarrr..."
Cie-ileeeh "Hajarrr...!!" Sangar bleh.
Begitu disorot kamera, dia panas-dingin. Ada tremor di bibirnya. Dry mouth. Desi lupa minum Beta blocker, obat pengatur ritme jantung abnormal.
Nyalinya sudah ciut saat liat Fadli Zon, Fahri Hamzah, Ustad Al Khatthat, Ustad Felix Siauw, Ahmad Dhani. Desi tau dia bukan tandingan mereka. Too high. Desi is too low.
Desi ngerti, tulisan-tulisan seruput kopi sianidanya bukan jurnal akademik. Apalagi scientific paper. Cuma sampah kata-kata. Nggak mutu. Shallow, dangkal, nyinyir dan nggak lucu.
Omongannya soal bencana di Bali, Pacitan, Jawa Tengah justru mendeskreditkan dia yang tempo hari manten dengan kereta kencana.
Alih-alih menjatuhkan peserta reuni, publik langsung teringat kepada si ono. Dalam marketing, ini disebut "bypass attack".
Penulis: Zeng Wei Jian