[PORTAL-ISLAM.ID] Mau tahu kondisi sosial Saudi dan Mesir? DR Abdullah El Harby anggota Majlis syuro (sejenis parlemen) Saudi mengatakan 37 persen rakyat Saudi tidak memiliki rumah, padahal Saudi adalah pemasok 60 persen bahan bakar dunia dan hanya berpenduduk 20 juta jiwa. Saudi mengalami "pendarahan" APBN-nya hingga mencapai 100 milyar dollar pertahun, ini mengancam reserve devisa mereka dalam 8 tahun, artinya Saudi akan menjadi negara penghutang dan turun derajat menjadi negara non kaya dalam 8 tahun kedepan.
Mesir kondisinya lebih parah, DR Medhat Nafi' seorang pakar keuangan dan ekonomi yang menjadi anggota badan industri strategis logam Mesir mengatakan bahwa jumlah kemiskinan akut yang berjumlah 30 juta penduduk Mesir sudah tidak realistis lagi. Tahun 2016, mata uang Mesir menjadi satu satunya mata uang yang hancur nilainya didunia, ini membuat standar kemiskinan lebih besar, dari 104 juta penduduk Mesir hampir setengahnya adalah orang miskin.
Mengapa kita membicarakan kedua negara ini? Dua negara ini bisa dibilang sebagai tiang utama bangsa Arab yang seharusnya tempat mereka bergantung dan berlindung. Sayang, kedua negara ini tidak mampu membangun ekonomi dengan baik meski dengan sumber daya manusia dan alam yang sangat besar. Inilah jawaban mengapa mereka terlihat begitu lemah dihadapan Israel.
Situasi berbeda dialami oleh Turki, negeri ini sejak 15 tahun yang lalu bangkit dalam segala bidang. Meski miskin sumberdaya alam, National product Turki tahun 2014 mencapai 1.1 trilyun dollar, ini sama saja menggabung national product Iran, Saudi, Emirat, Jordania dan Lebanon.
Pendapatan perkapita menembus 10 ribu dollar pertahun, pertumbuhan ekonomi Turki mencapai angka fenomenal yaitu 11 persen dalam kuartal terakhir tahun ini (terbesar dan tercepat di dunia). Sebuah angka yang hanya mampu diraih China dalam sejarah. Banyak pengamat ekonomi dunia mengatakan, Turki-lah yang menjadi penerus tradisi pertumbuhan ekonomi super tinggi setelah pertumbuhan di China meredup.
Angka pengangguran Turki turun dari 38 persen ke angka 2 persen tahun ini. Turki mengikuti langkah Korea selatan dengan merencanakan menciptakan 300 ribu ilmuwan pada tahun 2023, ini sangat penting untuk mentransformasikan Turki menjadi negara industri raksasa dimasa depan.
Mengapa kita membicarakan Turki, sebab kemajuan Turki terlaksana setelah mereka meninggalkan tradisi sekulerisme ekstrim menjadi tradisi yang lebih Islami meski dengan pola perubahan yang gradual dan halus. Kemajuan Turki tidak mengandalkan kekayaan minyak bumi, tidak dengan berlutut hina didepan negara negara barat atau non muslim lainnya. Pembangunan ribuan kilo jalan tol dan rel kereta tidak membuat Turki bersujud didepan Amerika, Eropa atau China, semua dilakukan dengan kelihaian mengelola ekonomi yang berdaulat dan mandiri.
Turki memang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun dalam menilai hal ini perlu adanya pengetahuan sejarah. Hubungan diplomatik dengan Israel adalah produk sejarah sekulerisme Turki, dan sekulerisme di Turki masih melawan dengan sengit dengan bantuan Amerika, Eropa dan Israel. Disini perlu adanya seni politik yang cantik untuk mengimbangi tekanan namun tetap bertujuan merubah nasib sebuah bangsa dari hina menjadi tegak kepala!!!
Allahu Akbar !!!
(Mutawakkil Abu Ramadhan)