[PORTAL-ISLAM.ID] Hujan lagi. Deras. Angin kencang. Pohon-pohon bergoyang. Kecoa berhamburan keluar. Berudu katak girang. Ekornya meliuk. Tukang bakso, pisgor, bakmi sepi pembeli. Orang males keluar. Lebih milih masuk kamar. Meringkuk di balik selimut. Seperti ular.
Pendangkalan sungai, sedimentasi, reklamasi alamiah bantaran sungai, sampah, dan betonisasi Jakarta bikin banjir semakin rentan. Daya serap tanah ada batasnya. Banjir ngga bisa dielakkan. Efek urban heat island memperparah curah hujan.
Anies Baswedan bilang banjir adalah tanggung jawabnya. Beda dengan Ahok yang suka cari kambing hitam. Nuduh kabel segala.
Ahokers gila lagi. Luka hati mereka belum benar-benar pulih. Kalah dua digit di pilkada, lihat Anies-Sandi dilantik, mengira bisa jatuhkan Anies-Sandi di soal banjir. Dagangan "politik banjir" mereka ngga laku. Publik sadar mereka punya dendam. Rainfall ngga sanggup teduhkan api benci itu.
Ahokers sekumpulan orang sakit. Waktu Ahok berkuasa, mereka mati-matian bilang ngga ada banjir. Padahal banjir di mana-mana. Mainstream media sudah mereka kuasai. Alhasil, mereka ngga pernah bakti-sosial bantu warga korban banjir.
Padahal, salah satu sisi positif banjir adalah menyatukan warga. Regardless their skin colors, religion and creed, warga saling bahu membahu.
By: Zeng Wei Jian
---------
Gubernur Anies memang beda. Dengan gagah ia menyebut ini adalah tanggung jawabnya. Ia tidak lari dan menuding pihak lain.
Di Jakarta, musibah banjir tidak disebabkan oleh satu atau dua hal. Anies tahu itu.