Oleh: Hasmi Bakhtiar
(Pengamat Internasional, S2 Hub. Internasional Lille Prancis)
1. KTT OIC (Organisation of Islamic Cooperation atau OKI Organisasi Kerjasama Islam) di Istanbul Rabu kemaren menyisakan catatan menarik.
2. Tentang hasilnya bagi saya sangat positif dan Palestina gak seperti sendirian menghadapi Israel. Wajar, awal didirikannya OIC atau OKI memang untuk mengatasi penistaan Zionis terhadap Al Aqsha.
3. Apalagi setelah KTT berakhir ada kabar Turky dan Libanon akan membuka kantor perwakilan untuk Palestina di AlQuds. Mendengar ini sy semakin optimis. Semoga pak @jokowi ga ketinggalan dan segera membuka kantor perwakilan Indonesia untuk Palestina di AlQuds.
4. Tapi yang juga menarik adalah kecerdikan Erdogan dalam mengelola issue AlQuds dan tampil menjadi pemimpin baru di dunia Islam.
5. Sejak Trump ttd keputusan mengakui AlQuds sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaan Amerika untuk Israel ke AlQuds, Erdogan adalah presiden negara berpenduduk muslim yang paling lantang menolak.
6. Kita tau kalau Erdogan selama ini termasuk yang paling peduli terhadap issue umat Islam. Tragedi Rohingya adalah salah satu contoh, hanya seakan itu semua belum cukup bagi Erdogan sebagai pembuktian.
7. Bisa dibilang pamor Erdogan masih kalah terang jika dibanding pamor pemimpin Arab khususnya Saudi. Hingga issue AlQuds kemarin muncul. Terlihat Erdogan ga buang-buang waktu dan kesempatan.
8. Statement pertama yang keluar dari Erdogan adalah: keputusan Trump salah dan saya akan kumpulkan negara Islam untuk melawan. Dalam diplomasi bahasa begini keluar biasanya cuma dalam kondisi-kondisi genting.
9. Kalau dilihat lebih dalam, janji Erdogan untuk mengumpulkan negara-negara Islam dan melakukan perlawanan itu risikonya besar. Jika gagal ini akan berdampak pada reputasi Erdogan, apalagi dunia Islam saat ini memang sedang "berantakan".
10. Saya pribadi awalnya agak ragu dan sempat berpikir kalau kampanye Erdogan ini bakal sepi peminat. Bukan apa-apa, Saudi yang memegang posisi Sekjend OKI dan Jeddah sebagai Ibu Kota OKI sedang kurang bersahabat dengan Turky.
11. Ternyata di luar dugaan, seruan Erdogan disambut para pemimpin negara-negara OKI dengan serius. Bahkan Presiden Venezuela yang bukan anggota OKI juga datang.
12. 57 negara anggota hadir lewat delegasi masing-masing. Presiden kita yang paling ketje ga ketinggalan. Entah itu gegara kepalang basah bawa-bawa Palestina dalam kampanye pilpres kemaren, ga penting :D
13. Saudi yang dikenal sebagai pemimpin negara-negara Islam bahkan tersemat gelar "jantung umat Islam" justru ga hadir. Raja Salman atau Putra Mahkota Ben Salman cuma mewakilan ke menteri urusan Wakaf (menteri agama).
14. Begitu juga dengan Mesir, UEA dan Bahrain. Negara-negara kontra Arab Spring gak berani hadir ke Istanbul. Mereka absen dalam issue paling penting umat Islam: AlQuds.
15. Ini tentu seperti kado buat Erdogan. Tanpa banyak hal Erdogan bisa menggeser posisi Saudi sebagai pemimpin.
16. Darah Khilafah Utsmaniyah ternyata benar-benar masih mengalir deras dalam tubuh Erdogan, terlihat dari cara dia mengelola issue dan kemudian menerjemahkan dalam tindakan.
17. Di saat yang sama Erdogan mengunci gerak Saudi cs. Saudi, Mesir, UEA dan Bahrain ga bisa berbuat banyak untuk membantu Trump terkait Palestina. Issue sedang dimainkan Erdogan.
18. Cerdiknya lagi terlihat dalam pidato Erdogan hari ini (15/12) di Istanbul. Dia katakan, kalau target dari serangan Trump terhadap AlQuds adalah seluruh umat Islam. Dia menyebut Madinah, Makkah, Islamabad, Cairo dan juga Jakarta.
[video - pidato Erdogan]
أردوغان محذرا من هجوم يستهدف الشرق الأوسط والمسلمين: ضياع #القدس يعني ضياع #الكعبة والعواصم الإسلامية pic.twitter.com/3oEWAiVgCA— قناة الجزيرة (@AJArabic) 15 Desember 2017
19. Erdogan melanjutkan, KTT OKI di Istanbul kamaren adalah langkah pertama yang telah sukses menggagalkan serangan terhadap umat Islam. Ini bahasa seorang panglima.
20. Langkah-langkah Erdogan dalam menghadapi Trump membuat dunia Islam lupa posisi Saudi. Semua pembicaraan tentang AlQuds jadi harus melibatkan Ankara. Ini tanda Erdogan berhasil menggeser posisi Saudi.
21. Ditambah kekalahan demi kekalahan terus dialami Saudi cs. Mulai dari Suriah, Yaman hingga Libanon. Orang jadi malas berunding dengan Saudi cs.
22. Apakah salah Erdogan sudah menggeser posisi Saudi? Saya rasa tidak, dan ini sifatnya sangat alamiah.
23. Ketika Saudi gagal menjadi panglima bagi dunia Islam maka dunia Islam akan dengan sendirinya mencari panglima yang baru, karena peperangan terus berlanjut.
24. Dan yang paling siap memimpin dialah yang akan dipilih sebagai panglima. Saat ini Turky adalah panglima itu.
25. Turky akan terus melanjutkan peperangan sebagai panglima. Saudi masih punya kesempatan jika ingin bergabung dengan pasukan ini. Ini yang diharapkan.
26. Yang saya takuti adalah jika Saudi terus lari dari pasukan ini, dan suatu hari terlibat peperangan dan posisi Saudi di pihak musuh. Maka terjadilah apa yang harus terjadi.
27. Namun sebagai panglima, Turky tidak hanya bertanggung jawab memenangkan peperangan, tapi juga bertanggung jawab agar kekuatan Islam bisa bersatu. Itu risiko Turky sebagai pemimpin.
28. Semoga Saudi kembali ke dalam rihabil Islam. InsyaAllah.
Lille, 15-12-2017