Oleh: Ustadz Felix Siauw*
Ada ulama yang ceramah, dibatalkan sama pejabat tinggi katanya, kabarnya sih karena ceramah-ceramahnya memicu ketegangan diantara masyarakat.
Tambahnya lagi, ceramahnya seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang beroposisi politik dengan penguasa, sehingga bisa dianggap politisasi agama atau semisalnya.
Ribuan kotak konsumsi entah dibagikan kemana, tenda-tenda jadi saksi bisu, dan saya yakin airmata panitia dan peserta kajian yang sudah terlanjur berharap juga tumpah.
Saya cuma ingin bilang, kok kamu yakin banget ya bahwa kamu itu yang paling benar? Hingga yang selain dirimu harus salah, pasti salah, tidak boleh benar?
Padahal Al-Qur'an bisa jadi nggak khatam, hadits apalagi, lha bilang kalimat-kalimat thayyibah saja masih semrawut. Tapi dengan pede bilang, pemahamanku paling ampuh.
Jadi ceritanya, menurut penguasa zaman now ini, ulama yang bener itu ya harus yang sesuai mereka, yang tutup aurat nggak wajib, yang aksi bela Islam haram, kafir boleh gubernur.
Tapi kalau yang anti kemunafikan, benci kedzaliman, anti penjajahan, berdasar Al-Qur'an dan As-Sunnah, nggak mau dipesan-pesan, ini pasti provokator, bukan ustadz.
Perkara asatidz model ini disukai banyak orang, banyak juga pengikutnya, mereka akan rilis survei "Radikalisme Meningkat Di Kalangan Pengguna Media Sosial". Lagu lama.
Wuih, nggak mempan, diusir malah makin ngetop, ditolak malah makin digandrungi, makin naik daun, ya sudah bentar lagi suspend deh akunnya. Bisa jadi, panik kok.
Atau bisa jadi yang lebih buruk lagi. Bukan hanya akunnya yang hilang, orangnya juga bisa jadi hilang. Apapun bisa terjadi dalam rangka memuaskan syahwat berkuasa.
Tapi lihat, jangan remehkan tangan-tangan yang tengadah sebab kedzaliman dirimu. Kepala-kepala yang bersujud sebab kemunafikan nyatamu, lihat nanti hasilnya.
Takkan abadi segala yang ada di dunia. Kesombongan akan ada akhirnya, keangkuhan ada batasnya, kedzaliman ada tamatnya. Akhirnya dua, taubat atau Allah matikan.
Saya hanya bisa doakan, semoga Allah sempatkan, siapapun yang menghalangi agama Allah ini untuk taubat pada Allah, sebelum yang kedua yang menghampiri.
Bila ada penguasa merasa terganggu dengan dakwah, saya jadi ingat Namrud, Fir'aun, Persia, Romawi, yang terganggu dengan dakwah. Begitu juga Abu Lahab, Abu Jahal merasa terganggu dengan dakwah Rasulullah 🙂🙂🙂 | Jangan-jangan.. Ah Sudahlah.. 😅😅😅— Felix Siauw (@felixsiauw) 28 Desember 2017
*Dari fb Ustadz Felix Siauw (28/12/2017)