Oleh: DR. Ardi Wirdamulia/@awemany
(Pakar Manajemen dan Research)
1. Boikot itu sebenarnya adalah cara beradab untuk menunjukkan perlawanan. Gerakan damai. Membatasi diri sendiri dan bukan kebebasan orang lain. Mengajak. Bukan memaksa.
2. Problemnya seringkali ajakan boikotnya mengandung aksi kekerasan. Seruannya boikot produk Amerika. Lalu (biasanya) McD di demo, pernah sampai lempar batu. Kekerasan. Dan ini bertentangan dengan hakikat boikot.
3. Yang lebih problem lagi adalah mengukur kemampuan massa untuk memboikot suatu produk. Kalau bunyinya boikot SEMUA produk Amerika ya repot. Ekonomi kita berkelindan dengan produk-produk Amerika. Terlalu susah (kalau SEMUA).
4. Namun bukannya kita tidak bisa mengajak masyarakat kita untuk menekan Amerika. Kita ini adalah pasar yang besar. Setiap produk Amerika yang kita beli itu membayarkan gaji orang amerika beserta pajak buat negaranya.
5. Anda sibuk ngetawain orang-orang yang menyerukan boikot. Padahal anda bisa melakukan sesuatu. Jangan pakai produk Amerika saat anda bisa menggantinya dengan produk dari negara lain atau lebih baik lagi produk dalam negeri.
6. Mulai saja dari yang kecil-kecil. Semua produk P&G itu pasti ada substitusinya dari Unilever atau Wing group. Tutup Citibank anda. Dengan mudah bisa ganti BCA atau Mandiri. Anda selalu bisa berhenti beli Levis atau Apple ganti dengan yang lain. Easy.
7. Anda ngga perlu mengganti semua produk Amerika. Cukup yang anda bisa. Ngapain beli bensin di Shell? Apa bedanya dengan Pertamax? FedEx? Halah! Udah ada JNE. Yang model-model gini mah udah ngga pake mikir kalee. Tapi yang susah (seperti film Amerika buat saya) ya ngga maksa.
8. Tapi kan mereka punya pegawai-pegawai orang Indonesia di sini? Bukankah mereka akan menderita duluan? Ya. Selalu ada harga. Tapi ini zero sum game. Pindah tempat. Demikian juga nanti pekerja dan seluruh value chainnya.
9. Tapikan kita juga jadi susah. Karena itu cari yang susahnya sedikit buat anda. Tapi ingat kalo yang dikit-dikit itu dikerjain berapa puluh juta orang, ya jadinya banyak. Ini cuma masalah apakah kita punya sentimen yang cukup dalam.
10. Sekali lagi, ini masalah kemauan aja. Kalau kita ngga punya cukup senjata untuk melawan ya kita lakukan dengan cara lain. Sebisa mungkin jangan beli produk-produknya. Dengan pasar sebesar ini, mereka bisa jadi mikir kok.
11. Ya kalau anda ngga punya kemauan. Jangan juga mengejek-ejek orang yang punya kemauan. Ngga semua orang berempati terhadap Palestina. Ngga semua orang melihat Amerika sebagai biang kerok perang di mana-mana. Ya bebaas.
12. Gerakan boikot atau saya lebih suka menyebutnya sebagai "pengalihan konsumsi" ini bisa efektif hanya jika terbentuk critical mass (massa yang kritis). Agar impactnya terasa. Ya mari menghimpun sebanyak mungkin orang.
13. Kultwit gue jelas kok. Ngga usah dispin yang aneh-aneh. Lakukan sebisanya aja. Ngga perlu semua. Kalau ngga mau ngga usah ngenyek. Tapi ya gimana, bisanya cuma itu. Duh!
15. Udah mulai ada orang-orang yang nyuruh gue tutup twitter gue karena buatan Amerika. Baca twit-twit gue ngga? Hentikan atau alihkan itu untuk yang kita BISA aja. Ngga usah maksa. Sederhana kok.
16. Anda ngga suka orang berlaku ekstrim. Tapi anda menyuruh orang melakukan hal yang ekstrim: 'Kalo boikot ngga boleh milih-milih. Harus semua!' Kata siapa?
17. Semua hal itu baik kalau dilakukan setahap demi setahap. Meregulasi kebiasaan itu jangan ekstrim. Kurangi dikit-dikit. Diet-diet yang ekstrim itu hasilnya ngga permanen. Ngapain?
18. Yang persoalan itu apa sih keberatan anda dengan anjuran mengurangi penggunaan produk Amerika? Pengen nyinyir doang?
19. Buat gue mah, semua bentuk aksi penolakan yang tidak mengandung unsur kekerasan atau kesewenangan harus didukung. Dan kalo gue setuju dengan isunya, gue ikut bantuin caranya. Gitu.
20. Boikot SEMUA produk itu ngga feasible (tidak layak). Pengurangan atau pengalihan konsumsi sebagian itu masih masuk akal. Kalo emang concern, kurangi pelan-pelan. Ada yang lebih sederhana dari ini?
21. Ada argumen tindakan yang saya anjurkan tidak akan effektif untuk menekan pemerintah AS. Lha ini kan bukan satu-satunya cara. Ini kan cuma pendukung. Perlakukan (Boikot) sebagai pendukung saja.
22. Kita ngga suka Trump bertindak sesukanya. Sebagai negara kita sudah dan akan melakukan sesuatu untuk mengecam dan meminta AS untuk merevisi keputusan itu. Kalo mereka (AS-Trump) cuek, kita mau apa?
23. Mau demo tiap hari ngabisin biaya. Mau mutusin hubungan diplomatik atau kerjasama? Diketawain dan mungkin malah rugi. Ngga ada lagi pilihan yang masuk akal saat Amerika cuek.
24. Jadi, gerakan-gerakan sipil untuk menekan kepentingan AS itu adalah cara beradab. Jangan ekstrim. Nyusahin diri sendiri. Ya musti pelan-pelan. Yang saya bilang itu rasional kok. Beneran.
25. Kalo loe ngga peduli Palestina, gue tahu kenapa loe nyinyir ama anjuran boikot. Tapi kalo loe peduli, mengurangi konsumsi produk Amerika ini langkah yang ngga usah dinyinyirin. Lakukan sebisanya. Ngga perlu ekstrim.
26. Kalau boikot total itu udah percuma. Bakal jadi jargon doang. Boikot yang kita bisa ini menarik. Tiap orang mereduksi/mengalihkan 10% konsumsi barang Amerikanya aja udah bisa keliatan hasilnya. Sales turun 10% itu pedih Jendral. :)
27. Dan ingat. Masalah Palestina bukan melulu persoalan umat Islam. Ini adalah masalah kemanusiaan. Jokowi aja peduli kok. Ngga perlu dibawa ke kompetisi politik.
__
*Dari kultwit @awemany (11/12/2017)
Boycot Israhell product now! pic.twitter.com/FcWcf24xko— Agus Sugiarto, CNLP (@gus_sugiarto) 13 Desember 2017