[PORTAL-ISLAM.ID] Penersangkaan jilid dua dan penahanan Setya Novanto oleh lembaga anti rasuah KPK menjadi pukulan telak oleh partai berlambang beringin.
Partai yang punya nama besar pada masa orde baru ini sebelumnya sedang gencar-gencarnya melakukan kampanye untuk terus meningkatkan elektabilitas pada Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019. Setelah sebelumnya partai berlambang beringin ini terus tergerus karena permasalahan internal dan penersangkaan Setya Novanto jilid satu dan bebas melalui praperadilan.
Persoalan yang dihadapi oleh Golkar bukan hanya berasal dari dalam tubuh mereka sendiri. Partai berlambang beringin itu kini dihadapkan dengan menurunnya tingkat kepercayaan publik. Bila permasalahan Setya Novanto terus dipelihara, maka bukan menjadi hal aneh apabila kepercayaan publik semakin tergerus.
Pergantian kepemimpinan partai menjadi salah satu perdebatan hangat dikalangan internal untuk menyelamatkan organisasi walaupun Setya Novanto dipercaya masih punya kendali dari balik jeruji.
Beberapa figur internal dicoba dimunculkan untuk mempersiapkan diri untuk maju menjadi ketua umum pengganti apabila kemungkinan Setya Novanto kalah dalam proses praperadilan. Selain itu, beberapa nama dari luar partai juga berhembus kencang. Adapun figur yang dipercaya dapat memperbaiki citra partai berlambang beringin ini harus bersih dari persepsi buruk publik dan jauh dari kasus korupsi.
Dalam beberapa hari belakangan ini menarik bagi saya melihat dinamika yang terjadi ditubuh Partai Golkar. Wacana yang mendorong Jokowi mengambil alih tampuk kepemimpinan Golkar berhembus kencang.
Sinyal tersebut sudah dikemukakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal DPP Golkar, Sarmuji. Ia mengakui bahwa tokoh dari luar Golkar bisa diusulkan untuk menjabat ketua umum tak rekecuali Presiden Jokowi.
bisa kalau Jokowi jadi kader Golkar terlebih dulu. Lebih baik tanyakan ke Pak Jokowi mau masuk Golkar apa tidak”, kata Sarmuji, 25 November 2017.
Secara politik Jokowi membutuhkan teman politik yang bisa diandalkan untuk memenangkan dirinya pada Pemilu 2019. Golkar merupakan partai yang secara terbuka dan terang-terangan mendukung Jokowi untuk Pemilu 2019.
Momentum ini bisa dimanfaatkan dengan baik untuk melanggengkan kursi presiden oleh Jokowi menimbang Golkar merupakan partai pemenang nomor dua pada Pemilu 2014.
Perolehan suara Golkar pada Pemilu 2014 boleh jadi menjadi tawaran menarik bagi Jokowi apabila pada Pemilu 2019 tetap mengacu pada presidential threshold 20 persen Pemilu 2014.
Perolehan suara Golkar pada Pemilu 2014 boleh jadi menjadi tawaran menarik bagi Jokowi apabila pada Pemilu 2019 tetap mengacu pada presidential threshold 20 persen Pemilu 2014.
Golkar merupakan partai pemenang kedua dengan persentase suara sebesar 14,75 persen dari total suara nasional. Selain itu, dukungan parlemen sangat dibutuhkan Jokowi untuk menyelesaikan masa jabatannya dengan baik. Dengan mengambil kemudi Golkar bisa saja menjadi jalan tol bagi Jokowi untuk mencapai semua itu.
Elektabilitas Jokowi yang relatif stabil dan masih mengungguli beberapa rival politiknya, sudah sewajarnya Golkar melirik dan segera mendapuk Jokowi untuk menjadi juru selamat partai berlambang beringin ini. Hal itu juga diiukuti oleh kehausan kader yang menginginkan adanya Presiden dari Golkar setelah beberapa kali pemilu pasca lengsernya orde baru Golkar selalu gagal.
Menjadi ketua umum sebuah partai politik sekaligus menjadi presiden bukan hal yang baru. Hal itu pernah terjadi dimasa pemerintahan Presiden Megawati dan Presiden SBY. Melihat realitas politik hari ini tidak ada kata yang tidak mungkin bagi Jokowi untuk mengakuisisi jabatan ketua umum berlambang beringin ini.
Dalam perkembangan politik dewasa ini berpindah-pindah partai politik bukan lagi menjadi hal yang tabu apalagi diharamkan. Golkar tentu punya kepentingan untuk meraup dukungan pada Pileg dan Pilpres 2019, hal yang sama juga menjadi tujuan Presiden Jokowi. Ia tentu ingin kembali terpilih di periode kedua. Kloplah sudah. Ini akan menjadi simbiosis mutualisme. Keduanya akan saling diuntungkan.
Bagi Partai Golkar pun, sudah saatnya mereka memiliki presiden dari partainya. Sebab, sejak Reformasi bergulir, meski memenangkan Pemilu, belum sekalipun Golkar memenangkan gelaran Pilpres meski menang di Pileg. Jadi, saat ini, adalah waktu yang tepat juga bagi Jokowi dan Golkar untuk memuluskan langkahnya di Pemilu 2019.
Penulis: Burhanuddin Khusairi