[PORTAL-ISLAM.ID] Seorang penganut Katolik dengan nama Hari Adrian Tarigan sangat heran kenapa yang disebut TERORIS hanya untuk pelaku yang beragama ISLAM, sedang yang selain ISLAM hanya disebut "Kelompok Bersenjata" "Kriminal", bukan Teroris.
Hal ini mensikapi terjadinya penyanderaan 1300 warga di Papua, yang hanya disebut sebagai "Kelompok Bersenjata" "Pelaku Kriminal". Tak ada sebutan Teroris.
Melalui akun fbnya, Hari Adrian Tarigan mengungkapkan:
"Di Filipina kelompok bersenjata yang mengisolasi dan menjadikan Warga sebagai tameng disebut "TERORIS" karena agamanya Islam.
Ini (di Papua Indonesia) tidak.
Bukan saya bela Agama apapun, baik Kristen, Budha, Hindu, Katolik dan agama apapun yang diakui di Indonesia saat ini, kebetulan saya Katolik.
Yang buat saya heran sama institusi ini, kok seolah-olah Negara yang mayoritas ini saja disebut "TERORIS" ketika dalang ancaman teror datang dari penganut agama Islam. Apakah semua agama seorang peneror harus agama Islam (baru disebut teroris)? Apakah semua agama mengajarkan itu? tentu tidak.
Jadi intinya penganut agama apapun yang sudah berkelompok dan menggunakan senjata bahkan sudah berani menyandera harus disebut "Pemberontak/Teroris" bukan KRIMINAL."
Pernyataan Hari Adrian Tarigan ini sungguh tepat. Coba perhatikan berita-berita media...
Militer Filipina Ungkap Data Jumlah Teroris yang Mati di Marawi
http://internasional.kompas.com/read/2017/08/07/06340841/militer-filipina-ungkap-data-jumlah-teroris-yang-mati-di-marawi
Bandingkan...
Kapolda Papua sebut aksi kelompok bersenjata makin brutal, bakar kios warga
https://www.merdeka.com/peristiwa/kapolda-papua-sebut-aksi-kelompok-bersenjata-makin-brutal-bakar-kios-warga.html
"Aksi Kelompok Bersenjata di Area Freeport Bukan Perjuangan, Tapi Kriminal"
http://regional.kompas.com/read/2017/11/10/20462171/aksi-kelompok-bersenjata-di-papua-bukan-perjuangan-tapi-kriminal
Kelompok Bersenjata 'Sandera' 1.300 Orang di 2 Desa di Papua
https://news.detik.com/berita/d-3719774/kelompok-bersenjata-sandera-1300-orang-di-2-desa-di-papua
***
Terimakasih mas Hari Adrian Tarigan yang telah jujur dan objektiv menilai.