[PORTAL-ISLAM.ID] Akademisi asal Universitas Nasional (Unas) TB Massa Jafar menilai, Partai Golkar berpotensi menjadi partai besar kembali. Hanya saja, ia mensyaratkan jika partai tersebut harus dipimpin oleh sosok yang bebas dari intervensi pemerintah.
Sebelumnya, Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto sudah mendeklarasikan dukungannya kepada Joko Widodo sebagai calon presiden (Capres) dalam Pilpres 2019 pada Juli tahun silam.
“Jadi kalau saya melihat di bawah pengaruh Jokowi, Golkar hanya menjadi partai kerdil,” kata Jafar, Senin, 27 November 2017.
Sebagaimana diketahui, Partai Golkar telah memutuskan untuk menunggu putusan praperadilan terkait nasib Setya Novanto sebagai Ketua Umum dan pelaksanaan Munaslub partai tersebut, dalam rapat pleno Partai Golkar yang diadakan pada 21 November 2017 lalu.
Sebagai gantinya, rapat pleno telah menunjuk Idrus Marham sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum. Namun, belakangan beberapa kader Golkar justru terus mendesak agar dilaksanakan Munaslub secepatnya tanpa menunggu putusan praperadilan.
Beberapa nama yang diisukan akan menjadi pengganti Setnov antara lain adalah Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Ade Komarudin, Aziz Syamsudin, dan Bambang Soesatyo.
Jafar menilai, kondisi Golkar akan berubah jika dipimpin oleh sosok yang relatif jauh dari kekuasaan, baik kekuasaan eksekutif maupun legislatif.
“Jangan anggota kabinet, Airlangga Hartarto. Karena kalau itu terjadi Golkar tidak akan mempunyai barganing posisition apa-apa,” kata Direktur Program Doktoral Ilmu Politik Unas ini.
Lebih lanjut, Jafar menyatakan jika kondisi politik di tanah air cenderung kurang sehat lantaran pemerintah telah berhasil merangkul sebagian besar partai politik dalam kabinet.
Hingga kini, tercatat hanya Gerindra dan PKS yang masih konsisten memposisikan diri sebagai partai oposisi. Ia sendiri menilai sistem demokrasi yang baik hanya akan terwujud beriringan dengan perimbangan yang baik pula.
Karenanya, ia lebih condong mendukung Golkar untuk mengikuti langkah PKS dan Gerindra agar sistem demokrasi di tanah air menjadi lebih baik.
“Sementara kita berharap politik Indonesia ini semakin baik, kalau ada perimbangan kekuatan. Sekarang tidak berimbang,” ujar Jafar.
“Lepas apapun alasannya, sistem politik kita memerlukan perimbangan, check and balance,” pungkasnya.
Sumber: Aktual