[PORTAL-ISLAM.ID]
Sekarang, Jadi Kasihan Pula Melihat Pak Setya Novanto
Tampaknya, taktik Pak Setya Novanto (Setnov) menghindarkan jemput paksa (penangkapan) oleh KPK, ada juga “efek bagusnya”. Pengejaran oleh KPK “sampai ke lubang cacing” itu menimbulkan rasa kasihan. Paling tidak bagi saya sendiri. Perasaan iba itu mulai bersemi di dalam hati saya. Kasihan, karena beliau dikejar-kejar seperti seorang penjahat yang berbahaya.
Tetapi, perasaan kasihan itu seketika tertutup oleh perasaan kasihan lainnya. Yaitu, kasihan melihat upaya keras berbagai pihak yang menceramahkan agar semua orang tunduk pada hukum. Ternyata, ceramah itu tak digubris oleh Pak Setnov. Hari ini, orang yang paling wajib menaati hukum malahan melecehkan hukum. Berusaha menghindarkan penegakan hukum ke atas dirinya. Itulah yang dilakukan Pak Setnov.
Sebagai ketua DPR, ketua Golkar, Setnov memiliki kewajiban yang lebih besar untuk menaati hukum dibanding orang biasa. Beliau adalah pemimpin lembaga yang sangat terhormat; lembaga yang bekerja membuat produk-produk hukum. Sepantasnyalah Pak Setnov tidak mempertontonkan kepada publik tentang bagaimana cara menghindari kejaran hukum.
Kasihan kita melihat orang-orang yang selama ini menunjukkan ketaatan mereka kepada hukum. Mereka hadir dengan patuh untuk menjalani pemeriksaan dan kemudian sidang pengadilan, walaupun merasa berat hati. Kasih mereka mendekam di dalam penjara demi menunjukkan ketaatan kepada hukum. Kasihan juga pada keluarga-keluarga mereka yang mengalami derita fisik dan psikis demi tanggung jawab hukum mereka.
Rasa kasihan dan simpati kepada Pak Setnov kemungkinan bisa bertahan di hati rakyat seandainya beliau sejak awal tidak menunjukkan kemangkiran. Beliau empat kali memangkiri panggilan KPK; tiga kali sebagai saksi dan satu kali sebagai tersangka. Sangat sulit dicerna mengapa Pak Setnov menempuh cara-cara yang tak terhormat seperti sekarang ini. Entah siapa yeng memberikan saran kepada beliau agar “melarikan diri” dari kejaran KPK.
Entah siapa yang menasihati agar Pak Setnov tidak berada rumah kediaman beliau sehingga saat ini muncul kesan bahwa beliau “kabur”. Bukankah lebih memalukan lagi kalau akhirnya KPK mengeluarkan notifikasi DPO (Daftar Pencarian Orang)?
Akhirnya, sekarang ini rasa kasihan kepada Pak Setnov hanya bisa bertahan sebatas waktu yang Anda perlukan untuk membaca judul tulisan ini.
Penulis: Asyari Usman